Pustaka

Keuangan Islam di Era Global

Senin, 30 November 2009 | 06:10 WIB

Judul buku : Islamic Finance; Keuangan Islam Dalam Perkonomian Global.
Penulis : Ibrahim Warde.
Penerbit : Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Cetakan : 1, 2009.
Tebal : xv+536 Halaman.
Peresensi : Hasan F.


Bank Islam muncul perdana di bumi, bertepatan dengan permulaan peristiwa Aggiornamento (proses modernisasi) doktrin Islam dalam aspek perbankan yang terjadi sekitar tahun 1970-an. Ketika itu bank-bank Islam adalah bank-bank komersial yang telah beroperasi dengan dasar bebas bunga.<>

Banyak institusi Keuangan Islam sekarang telah beroperasi dilebih dari tujuh puluh Negara belahan dunia. Aset bank-bank tersebut banyak mengalami lonjakan nilai lebih dari 40 kali lipat sejak tahun 1982, dengan capaian rata-rata melebihi $200 Milyar. Pada tahun 1996 dan 1997 mengalami peningkatan kembali pertumbuhan pertahun masing-masing mencapai nilai 24% dan 26%.

Keunggulan tata kelola keuangan ala Islam, menjadi sebuah cermin atau perameter keberhasilan menjalankan sirkulasi uang secara tepat dengan hasil saling menguntuangkan (mutualisme). Keuangan Islam (Islamic finance) merupakan institusi yang tujuan dan aktivitasnya berlandaskan pada ajaran-ajaran al Quran.

Secara definitif, Islamic finance lebih terinci ketimbang definisi yang menyebutkan Keuangan Islam sama dengan perbankan bebas bunga secara komperhensif. Bedasarkan pertimbangan untuk mengadakan transaksi tanpa menggunakan bunga bank, meskipun demikian Islamic finance lebih bedasarkan pada prinsip-prinsip perekonomian Islam seperti menghindari sistem riba (sistem bunga meningkat terus menerus secara tidak wajar) dan gharar (spikulasi, risiko, ketidakpastian).

Secara umum terapat dua kutub besar aspek Islamic finance yang harus diletakkan secara renggang. Pertama adalah filsafat pembagian risiko. Artinya, adanya suku bunga yang telah ditentukan disatu pihak (lender) dan risiko yang harus ditanggung pihak lain (borrower) yang mengimplikasikan unsur ekspliotasi, ketidak produktifan sosial, bahkan ekonomi yang tidak berguna (faild economy). Oleh sebab itu, para Kreditur dicapai  untuk mampu berbagi resiko dengan debitur, yang model pembiayaannya adalah profit and los sharing.

Kedua, mem-blow up perkembangan ekonomi dan sosial melalui praktik dan zakat. Sekarang kebanyakan institusi keuangan besar mempunyai dewan pengawas syariah (DPS) mereka adalah pakar hukum dan Keuangan Islam yang mempunyai apabilitas mementukan instrument-instrumen baru yang dapat diterima atau ditolak, serta mengaudit aktivitas-aktifitas perbankan berfondasi prinsip-prinsip Islam. Jelasnya perbedaan signifikan antara Keuangan Islam dan Keuangan Konvensional adalah keuntungan yang lebih maksimal (profit-maximization) dengan panduan norma norma agama.

Perkembangan akurat saat ini, bank-bank di dunia terarah pada makin terintegrasinya keuangan Islam kedalam ekonomi global. Sebagai bukti, indeks pasar Islam Dow Jones (Dow Joines Islamic market indeks) telah merekam 600 perusahan yang produk-produk dan pelayanan-pelayanannya sejalan mengikuti norma-norma Hukum Islam. Institusi-institusi asing tidak sedikit yang telah mendirikan cabang perbankan Islam. Banyak bank konvensional di benua Amerika dan Eropa yang menawarkan “produk-produk Islam” yang ditujukan bagi kalngan non Muslim. 

Setelah berjalan dengan penuh kemantapan, sistem Keuangan Islam mengalami modernisasi melalui dua hal. Pertama, terjadi pada saat tumbuhnya kepercayaan diri Islam di tengah melajunya keyakinan pada tatanan ekonomi internasional baru (new international economic order) yang lebih condong kepada kawasan Selatan daripada Utara. Tatanan ekonomi baru ini rata-rata didominasi oleh Negara Arab penghasil minyak dengan tambahan Mesir dan Pakistan.

Sejak priode itu, dunia keuangan mengalami transformasi yang bombastis. Banyak visi-visi perbangkan pada era 70-an tidak relevan diterapkan lagi. Aggiornamento baru dikarakterisasikan dengan multi-polaritas dunia Islam yang meningkat. Seperti Malaysia yang memainkan peran kunci terjadinya transformasi yang luas di dalam keuangan Internsional (international finance) yang didorong oleh perubahan teknologi, inovasi, deregulasi, dan globalisasi.

Tiga bagian Buku karya Ibrahim Warde ini menyimpan tiga hal pokok penting yang menjelaskan background Islamic finance dan informasi mengenai Islam serta hubungan pengelolaan keuangan. Penulis memaparkan detil melalui napak tilas sejarah evolusi ekonomi dan Keuangan Islam, mekanisme-mekanisme yang dapat menyatukan homo islamicus dan homo economicus serta mempertimbangkan perintah agama yang seiring langkah dengan tata pengelolaan keuangan. Salah satu basis tema yang dikuaknya adalah perbedaan antara interpretasi tradisionalisme dan legalisme dengan interpretasi yang lebih modern, adaptif, dan fokus pada spirit moral economi khas Islam.

Kedua, memperkenalkan dan mendeskripsikan keuangan di dunia Islam. Bagian ini lebih rinci melacak kelahiran dan evolusi Keuangan Islam modern serta menempatkannya ke dalam konteks politik dan ekonominya secara tepat. Di sisi lain, bahasan ini juga menjelaskan keberagaman industri dengan analisis cara-cara yang diimplementasikan berbagai negara yang berbeda-beda dalam memperkenalkan dan berkecimpung dengan keuangan Islam melalui pemberian tipologi atas prodak keuangan Islam.

Bagian terahir, lebih spesifik membahas isu-isu dan tantangan yang dihadapi Islam dari lima perspektif secara luas. Atara lain strategi dan kebudayaan (membedakan praktik Keuangan Islam dan Keuangan Konvensional), ekonomi dengan pasar modal Islam beserta implikasinya, isu-isu regulasi yang muncul secara domestik dan internasional, politik yang berhubungan dengan tuduhan keterkaitan institusi pada Keuangan Islam dengan Terorisme Islam, serta Agama yang menginterpretasikan keagamaan dalam perspektif historis dan komparatif.

Buku ini telah berusaha maksimal untuk memperkenalkan gambaran yang lebih komplit dari Keuangan Islam dengan menggambarkan secara jelas dari segala segi yang dimilikinya, menempatkannya dengan tepat dalam konteks ekonomi global dan mengeksplorasinya dari perspektif-perspektif empiris, komparatif, dan historis. Selain itu, juga mengidentifikasi moral, dan membahas isu-isu kultural serta Moral hazard Islam (pandangan bahwa jaminan justru membuat orang menjadi ceroboh).

* Pecinta Buku, Bergiat di rumah Al-Mukarromah Yogyakarta