Pustaka

Meneruskan Tradisi Penulisan ‘Tsabat’ Ulama Nusantara

Selasa, 28 Februari 2017 | 03:30 WIB

Ada satu hal yang menjadi pembeda antara tradisi intelektual pesantren dan pendidikan lainnya, yaitu adanya sanad. Dalam perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauzy, sanad bisa dibilang melampaui linearitas eksatologis pengetahuan Islam yang biasa disebut dengan ‘ilm jally.

Tak hanya itu, Imam Syafi’i pernah berujar bahwa seandainya ilmu tidak dihafal dengan sanad di kitab maka niscaya orang-orang zindiq akan berceramah di atas mimbar. Dan adagium yang cukup masyhur dari Imam Abdullah bin Mubarak menyebutkan, sanad bagian dari agama, seandainya tanpa sanad niscaya orang-orang akan berkata semaunya sendiri (hal.7).

Bahkan sanad yang bersambung (ittishal al-sanad) menjadi salah satu syarat keshahihan sebuah hadits sebagaimana dijelaskan dalam fan musthalahul hadits. Untuk itu, ulama-ulama ahli hadits (al-muhadditsin) benar-benar memperhatikan sanad dalam disiplin ilmu mereka.Sebagian besar dari muhadditsin itu menulis kitab khusus mengenai sanad. Dalam perkembangannya, tak hanya tentang kajian hadits, semua fan keilmuan, riwayat sebuah kitab, dan genealogi keilmuan melalui guru dan murid ditulis dalam sebuah kitab yang dikenal dengan istilah tsabat.

Adalah Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani (1916-1990), salah satu ulama Nusantara pakar hadits yang banyak menulis tsabat. Tak terhitung jumlahnya. Yang tersohor ialah Mathmah al-Wijdan fi Asanid al-Syaikh ‘Umar Hamdantiga jilid dan Bughyah al-Murid min ‘Ulum al-Asanid empat jilid. Sebelum itu, Syaikh Muhammad Mahfudz al-Turmusy al-Jawi (w.1338 H/1920 M) sudah mengawali penulisan tsabat di kalangan ulama Nusantara. Beliau menyusun tsabat berjudul Kifayah al-Mustafid fima ‘ala min al-Asanid.

Baru-baru ini, jagad turats ulama Nusantara digembirakan dengan terbitnya sebuah kitab berjudul al-Tsabat Al-Farid fi Asanid al-Syaikh Ibnu ‘Abdul Majid. Kitab yang disusun oleh Dr. Abdul Aziz Sukarnawadi ini merupakan tsabat Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (1898-1997), pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islam terbesar di Pulau Lombok, Nusatenggara Barat.

Dr Abdul Aziz menulis kitab tersebut berdasarkan ijazah Tuan Guru Zainuddin kepada ayahnya, KH Husnuddu’at. Bahkan, sang ayahtelah menulis tiga tsabat pula yang rencananya akan diterbitkan di penerbit yang sama, Maktabah Turats Ulama Nusantara, Demak Jawa Tengah, yang diketuai oleh Gus Nanal.  

Adapun Tuan Guru Zainuddin sendiri mendapat ijazah dan sanad keilmuan dari beberapa guru beliau di Makkah, di antarnya Al-‘Allamah al-Muhaddits al-Qadhi al-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath al-Makki al-Maliki, pengajar di Madrasah Al-Shaulatiyah dan Masjidil Haram; Syaikh ‘Abdul Qadir bin Taufiq Syalbi al-Tharabilisi al-Syami tusmma al-Madani al-Hanafi; Al-‘Allamah al-Syaikh Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki yang dijuluki Imam Sibawih pada zamannya; dan lain sebagainya.

Beliau berpesan kepada para muridnya, agar mencari ilmu kepada para ahlil ilmi yang memiliki sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW. Beliau mengibaratkan sanad sebagai pipa saluran, di mana tanpanya maka tidak akan bersambung ilmu kepada para murid selamanya. Serta, jika sanad itu terputus maka merupakan pengikut setan, hawa nafsu, dan akan menyesal pada hari kiamat. Beliau bersyair (hal.37):

Guru agama pilih yang mursyid nyata
Yang tetap utuh sambungan pipanya
Jangan yang putus sambungan gurunya
Agar tak nyesal kemudian harinya .
        Murid yang putus dari gurunya
        Berarti rusak pipa ilmunya
Hilang terbakar sari ilmunya
Dibakar setan dan hawa nafsunya.


Kitab ini menjadi lebih lengkap karena mendapat kata pengantar (taqridz) dari cucu Tuan Guru Zainuddin yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Nahdhatul Wathan al-Islamiyah, pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an wal Hadits Al-Majdiyah, Al-Syafiiyah, rektor IAIN Hamzanawadi Pancor, sekaligus Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Dr KH Muhammad Zainuddin al-Majdi bin Jalaluddin.

Dengan terbitnya tsabat Tuan Guru Zainuddin ini, menjadi semangat baru bagi para santri dan kiai untuk menuliskan sanad-sanad para pendiri pesantren dan masyayikh yang selama ini terpendam. Dengan begitu, genealogi keilmuan Ahlissunnah wal Jama’ah semakin kokoh serta menjadi benteng dari paham-paham radikal dan sesat di negeri ini.

Data Buku

Judul        : Al-Tsabat Al-Farid fi Asanid al-Syaikh Ibnu ‘Abdul Majid
ISBN        : 978-602-60536-1-9
Penulis     : Dr. Abdul Aziz Sukarnawadi
Tebal        : 160 hal.
Penerbit    : Maktabah Turats Ulama Nusantara, Demak
Cet           : I, 2017
Peresensi  : Farhurrahman Karyadi, alumnus Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang,pencinta manuskrip ulama Nusantara, kini tinggal di Jakarta.