Kitab Qathrul Ghaits: Kupas Tuntas Rukun Iman dengan Metode Tanya-Jawab
NU Online · Rabu, 26 November 2025 | 05:00 WIB
Syifaul Qulub Amin
Kolomnis
Apa iman itu?, bagaimana cara seorang Muslim beriman?, apakah iman itu makhluk Tuhan apa bukan?, bagaimana cara beriman kepada Allah SWT?, dan pertanyaan-pertanyaan seputar keimanan lainnya diulas dengan padat, ringkas, dan sistematis dalam kitab bertajuk Qathrul Ghaits fi Syarhi Masa'ili Abil Laits karya Syekh Muhammad Nawawi Banten (1813-1897).
Kitab dengan metode tanya-jawab ini sangat penting dibaca oleh setiap Muslim-Muslimah. Di samping mengetahui seputar keimanan memang menjadi kewajiban, kitab yang padat, ringkas, dan bernas dengan metode seperti ini memudahkan pembaca untuk mengingat kontennya dan menanamnya di lubuk hati terdalam sekaligus mempertebal keimanan.
Bukankah membaca kitab seputar keimanan yang terpenting memang meresapinya supaya tertancap di hati? Kitab ini bisa menjadi opsi untuk dibaca demi mewujudkannya.
Seputar Kitab Qathrul Ghaits
Kitab Qathrul Ghaits ini adalah syarah (penjabaran) dari Masa'ili Abil Laits, pertanyaan-pertanyaan Imam Abu Laits. Beliau, Abu Laits, membuat semacam risalah ringkas yang memuat 16 pertanyaan sekaligus jawabannya seputar keimanan. Kemudian risalah itu dijabarkan oleh Syekh Nawawi Banten.
Dalam dunia pesantren, kitab yang menjabarkan kitab ringkas (seperti Masa'ili Abil Laits ini) istilahnya syarah, sedangkan kitab yang dijabarkan disebut matan. Oleh Syekh Nawawi Banten syarah tersebut diberi judul Qathrul Ghaits fi Syarhi Masa'ili Abil Laits.
Sekilas tentang Penulis Matan dan Syarah
Penulis matan kitab ini bernama lengkap Nasyr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi. Abu Laits adalah nama kunyah-nya, sedangkan nama laqab-nya adalah Imamul Huda. Beliau termasuk ulama mutaqaddimin, ulama yang hidup sebelum abad kelima. Tahun wafatnya, versi satu pendapat, adalah pada tahun 383 Hijrah. Sedangkan tahun lahirnya, dalam beberapa referensi, tidak disebutkan.
Di samping dikenal sebagai Sufi yang zuhud, faqih, pakar hadits, dan termasuk tokoh yang disegani di kalangan Mazhab Hanafi, beliau juga produktif melahirkan karya tulis agung di berbagai cabang ilmu keislaman. Di antara buah tangannya adalah:
- ‘Umdatul ‘Aqaid (Aqidah);
- Bustanul ‘Arifin (Tasawuf);
- Khazainul Fiqih (Risalah Seputar Fiqih);
- Tanbihul Ghafilin (Seputar Nasihat dan Akhlak);
- Fadhilu Ramadhan (Seputar Keutamaan Ramadhan);
- Al-Muqaddimah (Fiqih);
- Syarhul Jami'il Shaghir (Fiqih)
- ‘Uyunul Masa'il (Seputar Fatwa dan Biografi)
- Daqa’iqul Akhbar (Seputar Kabar Ahli Surga dan Ahli Neraka);
- Mukhtalafur Riwayah (Seputar Perbedaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafi'i); dan
- Lain-lain.
Sementara itu, jika ingin mengenal Syekh Nawawi Banten lebih dekat, bisa dibaca dalam artikel bertajuk “Syekh Nawawi Al-Bantani di Mata Snouck Hurgronje” yang diterbitkan NU Online pada Senin, 24 Juni 2024.
Metode Penulisan dan Konten Pembahasan
Seperti yang telah disinggung di muka, secara garis besar kitab ini membahas seputar rukun iman dengan metode tanya-jawab. Dengan demikian, kitab ini termasuk dalam kategori kitab fan Tauhid. Sementara itu, secara konsisten metode penulisannya sebagaimana misal berikut:
مسألة) إِذَا قِيلَ لَكَ مَا الإِيمَانُ؟ (فالجواب): آمَنْتُ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Pertanyaan: ketika kamu ditanya, apa iman itu? Jawaban: saya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan qadha'-qadar, baik dan buruk, semuanya dari Allah Ta'ala.” (Matan, halaman 9).
Dalam kesimpulan Syekh Nawawi Banten, saat menjabarkan tanya-jawab pertama ini, bahwa esensi dari uraian ini diambil dari hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari-Muslim.
وهذا كما رواه مسلم عن سيدنا عمر من حديث جبريل، وإن أخذت من رواية البخاري عن أبي هريرة من حديث جبريل أيضا فتقول: «آمنت بالله وملائكته وبلقائه ورسله وبالبعث». والمعنى: صدقت بوجود الله وبصفاته الواجبة له، وبوجود الملائكة وأنهم عباد مكرمون، وبرؤيته تعالى في الآخرة للمؤمن، وبأن رسله صادقون فيما أخبر وأنه عن الله تعالى، وبالبعث من القبور
Artinya: “Tanya-jawab pertama ini, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim dari jalur Sayyidina Umar, diambil dari Hadits Jibril, dan riwayat Imam Bukhari dari jalur Abu Hurairah, juga dari hadits Jibril. Beliau berkata: ‘Saya iman kepada Allah, para malaikat-Nya, iman (bahwa kelak akan) bertemu-Nya, kepada para Rasul-Nya, dan Iman dengan hari kebangkitan (dari alam kubur).
“Maknanya adalah kamu beriman dengan wujudnya Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, dengan wujudnya para malaikat-Nya bahwa mereka para hamba yang dimuliakan, beriman bahwa orang Mukmin kelak di akhirat bisa melihat-Nya, beriman bahwa para rasul-Nya benar atas apa yang diberitakannya dan semua berita itu datang dari Allah, dan (terakhir) beriman adanya hari kebangkitan dari alam kubur.” (Syarah, halaman 9).
Lebih lanjut, tanya-jawab ke-16 atau yang terakhir, menarik sekali untuk diketahui. Dan, mungkin, juga menjadi pertanyaan sebagian pembaca. “Apakah ‘iman’ itu makhluk atau bukan?” Mari baca dengan saksama redaksi berikut:
مسألة) إِذَا قِيلَ لَكَ: الإِيمَانُ مَخْلُوق أَوْ غَيْرُ مَخْلُوقٍ ؟ (فالجواب): الإِيمَانُ هِدَايَةٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى، وَالتَّصْدِيقُ بِالْقَلْبِ بِمَا جَاءَ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ تَعَالَى، وَالْإِقْرَارُ بِاللسَانِ
فَالْهِدَايَةُ صُنْعُ الرَّبِّ، وَهُوَ قَدِيمٌ وَالتَّصْدِيقُ وَالإِقْرَارُ فِعْلُ الْعَبْدِ، وَهُوَ مُحْدَتْ، وَكُلُّ مَا جَاءَ عَنِ الْقَدِيمِ يَكُونُ قَدِيمًا، وَكُلُّ مَا جَاءَ مِنَ الْمُحْدَثِ يَكُونُ مُحْدَثًا
Artinya: “Pertanyaan: ketika kamu ditanya, apakah iman itu makhluk atau bukan? Jawaban: iman adalah hidayah dari Allah Ta'ala. Pembenaran itu di hati bahwa berita yang datang dari Nabi SAW datang dari sisi Allah Ta'ala, sedangkan pengakuan dengan lisan.
“Hidayah merupakan perbuatan Tuhan dan perbuatan-Nya (bersifat) qadim, sedangkan pembenaran (tashdiq) dan pengakuan (iqrar) adalah perbuatan hamba-Nya. Perbuatan hamba-Nya termasuk perkara baru. (Kesimpulannya) setiap sesuatu yang datang dari Dzat yang qadim maka juga qadim, dan setiap sesuatu yang datang dari perkara baru juga baru.” (Halaman 31).
Seperti inilah tanya-jawab pertama yang akan dijumpai para pembaca. Dan secara konsisten metode penulisan 14 tanya-jawab lainnya juga seperti ini, serta sekaligus ulasannya masih berkaitan dengan tanya-jawab pertama. Sederhananya, kitab ini secara umum memuat 16 tanya-jawab seputar rukun iman, mulai dari apa itu iman, bagaimana cara beriman kepada Allah SWT, hingga apakah iman bisa terbagi akan diuraikan dengan ringkas tapi tetap bernas di kitab ini.
Pembahasan Seputar Keimanan yang Kerap Menjadi Diskusi di Ruang Publik
Di samping menjabarkan 16 tanya-jawab, Syekh Nawawi Banten juga memaparkan topik-topik penting yang perlu diketahui masyarakat, serta terkadang menyuguhkan pembahasan keimanan yang lazim menjadi perbincangan di ruang publik. Misalnya, beliau mengajukan satu pertanyaan, “Apakah al-Qur'an termasuk qadim atau baru (hadits)?”
Sejak dulu hingga sekarang, pertanyaan seperti ini selalu menjadi bahan perbincangan di ruang publik. Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal pernah sampai dipenjara karena mempertahankan jawabannya terkait persoalan ini. Lalu, sebenarnya bagaimana jawaban yang tepat?
Jawabannya, kita harus terlebih dahulu memahami maksud si penanya. Pertanyaannya perlu diperjelas dan dibuat spesifik: apakah yang dimaksud adalah kandungan al-Qur’an yang melekat pada Dzat Allah SWT, ataukah tulisan berbahasa Arab yang tercetak di atas lembaran mushaf dan kita sebut sebagai al-Qur’an?
Setelah maksudnya jelas, barulah kita bisa memberikan jawaban yang tepat. Jika yang dimaksud penanya adalah kandungan yang melekat pada Dzat Allah SWT, maka jawabannya adalah qadim (yakni sesuatu yang tidak bermula dan bukan makhluk), sebagaimana qadim-nya Dzat Allah SWT. Sebab, hal tersebut termasuk dari sifat-sifat-Nya.
Jika yang dimaksud penanya adalah tulisannya, tentu jawabannya adalah hadits (yakni sesuatu yang baru/diciptakan), sebagaimana maklum kita ketahui. Lebih detailnya, silakan merujuk langsung pada halaman 10 setelah membaca ulasan ini.
Walhasil, di tengah kesibukan kita dengan urusan duniawi, rasanya penting meluangkan waktu untuk membaca kitab ringkas, padat, dan bernas seperti ini. Tidak perlu memakan waktu panjang untuk mengkhatamkannya, kita sudah bisa mendapatkan banyak pengetahuan pokok dalam ajaran Islam.
Ya, pengetahuan seputar keimanan merupakan salah satu ajaran pokok dalam agama Islam. Selain memang sebuah kewajiban dan menambah pengetahuan, membaca kitab seperti ini dapat mempertebal keimanan. Semoga bermanfaat. Selamat membaca! Wallahu a'lam.
Identitas Kitab
- Judul: Qathrul Ghaits fi Syarhi Masa'ili Abil Laits;
- Penulis Matan: Imam Nasyr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi;
- Penulis Syarah: Syekh Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani;
- Penerbit: Darul Kutub al-Islamiyah;
- Cetakan ke-1: 2011; dan
- Tebal: 32 halaman.
Peresensi: Ustadz Syifaul Qulub Amin, Alumnus PP Nurul Cholil, Perumus LBM PP Nurul Cholil dan Editor Website PCNU Bangkalan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua