Penulis: M. Shodiq Mustika
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, Agustus 2008
Tebal: 284 halaman
Peresensi: Indah Rahmawati*
Manusia dan jin diciptakan oleh Allah SWT di dunia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Beribadah bukan berarti hanya shalat, dzikir, atau puasa yang bersifat ibadah ritual. Kita dapat tersenyum, atau melakukan pekerjaan baik lainnya dengan maksud ibadah.<>
Namun ada beberapa ibadah yang wajib dilakukan manusia setiap hari. Salah satunya adalah menegakkan shalat lima waktu. Perintah ini awalnya turun pada saat Nabi Melakukan Isra' Mi'raj. Patutlah kita berterima kasih kepada Nabi melalui doa-doa serta shalawat karena melalui peristiwa tersebut shalat yang wajib kita kerjakan hanya lima kali dalam sehari, padahal awal perintah shalat dahulu sebanyak lima puluh kali sehari.
Shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh seluruh umat manusia sampai akhir hayat. Shalat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bagi yang masih kuat dan sehat, maka ia wajib melakukan shalat dengan berdiri. Jika tidak mampu, maka ia bisa melakukannya dengan duduk atau terbaring. Bahkan kita dapat melakukan shalat hanya dengan mengedipkan mata, lantaran tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kita patut bersyukur kepada Allah karena masih diberi kekuatan untuk menjalakan ibadah shalat.
Cukupkah sampai di situ? Bagaimana dengan kualitas shalat yang kita lakukan? Akankah shalat yang kita lakukan diterima 100%? Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (seutuhnya). Padahal tidaklah dicatat baginya oleh malaikat Raqib (sang pencatat amal baik) kecuali setengah shalat, sepertiganya, seperempatnya, atau seperlimanya, sampai sepersepuluhnya.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Hadis tersebut dengan jelas menerangkan bahwa shalat yang dilakukan manusia sehari-hari belum tentu diterima sepenuhnya. Mungkin saja setengah atau sedikit dari aktivitas shalat itu. Maka hanya sebagian atau bahkan sedikit sekali yang dicatat baik. Lalu manakah yang termasuk baik tersebut?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud menerangkan bahwa apabila seseorang menegakkan shalat dengan akalnya, maka shalat itu dicatat baik.
Dalam buku Lejitkan Semua Jenis Kecerdasan Melalui Shalat, yang dimaksud shalat secara cerdas adalah shalat dengan akalnya, seperti disebut dalam hadis di atas. Jadi apabila seseorang melakukan shalat secara cerdas, maka ia telah menjalankan amal ibadah shalat dengan sesempurna-sempurnanya. Wallahua'lam bishawab.
Memang manfaat shalat banyak sekali, antara lain menyehatkan raga manusia, jika dilakukan dengan benar. Apabila ia memperlakukan shalat sebagai meditasi, maka kesehatan jiwa juga akan diperoleh. Selain itu, shalat dapat menumbuhkan kecerdasan pikiran (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan sosial. Hal ini dibuktikan dengan ketenangan pikiran manusia setelah melakukan shalat, mendapatnya petunjuk dan hidayah dari Allah, sehingga manusia dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Ketika melakukan shalat, hendaknya manusia mengetahui makna yang terkandung dalam setiap bacaan shalat, menghayati bacaannya, dan mengarungi secara dalam maksud dari ayat tersebut. Sebaiknya pula, kita membaca ayat-ayat yang relevan atau ayat-ayat yang mengandung nilai kasih sayang setelah membaca Al-Fatihah pada tiap rakaat.
Dengan tertanamnya ayat-ayat kasih sayang tersebut, maka akan tumbuh kecerdasan dan menyikapi suatu masalah. Walhasil hati akan menjadi lapang. Pengembangan kecerdasan dengan shalat saja tidaklah cukup.
Buku ini banyak dipaparkan pula jenis kecerdasan yang melejit, terutama melalui shalat. Dalam buku ini disertai pula cara-cara untuk melejitkan jenis-jenis kecerdasan yang dilambangkan dengan simbol. Misalnya kita ingin melejitkan kecerdasan berbahasa. Penulis buku ini melambangkannya dengan simbol AA. Untuk simbol-simbol pada tiap jenis kecerdasan lainnya, dapat anda temukan dalam buku ini.
Semua jenis kecerdasan dapat direngkuh melalui shalat. Buku yang satu ini berbeda dengan buku-buku hikmah shalat yang beredar. Fokus kajiannya meliputi bagaimana terciptanya hubungan antara shalat sebagai ibadah dengan kecerdasan manusia sebagai kekuatan pikiran dan jiwa.
Di sisi lain, kelebihan buku ini adalah adanya rangkaian praktis dalam menjalankan shalat, yang mampu melejitkan semua jenis kecerdasan manusia. Buku ini sangat aplikatif, metodis, dan dapat langsung diterapkan untuk meningkatkan mutu shalat sekaligus kecerdasan anda.
* Indah Rahmawati
Mahasiswi Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang, aktif di Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) Malang
Terpopuler
1
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
2
Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
3
Bisakah Tetap Mencoblos di Pilkada 2024 meski Tak Dapat Undangan?
4
Bahtsul Masail Kubra Internasional, Eratkan PCINU dengan Darul Ifta’ Mesir untuk Ijtihad Bersama
5
Ma'had Aly Ilmu Falak Siap Kerja Sama Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan
6
Membedakan Bisyarah dan Money Politics Jelang Pilkada
Terkini
Lihat Semua