Terjadinya bencana alam , wabah penyakit serta malapetaka belakangan ini benar-benar merupakan ujian bagi ukhuwah (soslidaritas) kita terhadap persoalan kemanusiaan. Belum lama ini kita dikejutkan oleh adanya ribuan anak yang putus sekolah karena dilanda kemiskinan, terutama sejak kenaikan semua kebutuhan. Tak lama berselang kemudian kita dikejutkan lagi terjadinya penyakit busung lapar yang melanda ribuan orang di seleuruh negeri, sebuah indikasi bahwa mereka kurang makan, karena tidak mampu membeli makanan walaupun diwarung atau di pasar tersedia.
Semua mala petaka kemanusiaan itu terjadi di tengah negeri yang sedang giatnya membangun kesemarakan kota, sedang gegap gempita menyelenggaraakan pemilihan kepala daerah dengan banjir uang, sebagai sarana politik untuk menyuap, memaksa dan sebagainya. Lebih mengeraikan lagi bencana menyedihkan itu terjadi di lingkungan masyarakat beragama, di mana setiap hari diajarkan kemanusiaan.
<>Selain itu dalam agama Islam telah diajarkan mekanisme memerataan keadilan sosial melalui ajaran tentang sedekah hingga zakat. Dengan adanya zakat dan sedekah yang rutin dari kelompok mampu, maka bencana semacam itu tidak akan terjadi. Sebab betapa berdosanya seorang Muslim yang membiarkan tetangganya kelaparan padahal di rumahnya ia menyimpan makanan. Ajaran itu lupa diterapkan karena para tokoh beragama sibuk berpolitik, sibuk memperkaya diri, hingga lupa menyantuni jemaahnya. Demikian juga para hartawan menjadi kikir karena senang hidup mewah berlebihan.
Demikian pula negara sebagai pemegang amanah kekuasaan juga mempunyai tanggung jawab besar untuk menjaga kemakmuran rakyatnya. Tetapi tampaknya amanah itu tidak dijalankan, tidak diingat lagi, karena para pejebat pemerintah hanya memikirkan diri meraka sendiri. Bahkan dana yang sebenarnya diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat dikorupsi atau digunakan sebagai dana taktis untuk menyuap para mitra politiknya, sehingga rakyat terlantar dan jatuh kekurangan makan dan gizi.
Walaupun sudah terlambat, tetapi langkah pengurus wilayah NU NTB untuk turut dalam menanggulangi bencana kelaparan di daerahnya merupakan langkah posistif, apalagi langkah tersebut juga mendapat dukungan dari PBNU. Dalam wilayah itulah sebenarnya tugas NU yang sebenarnya sebagai organisasi sosial keagamaan. Bantuan yang sifatnaya karitatif seperti itu memang harus dilakukan karena keadannya sudah sangat mendesak. Tetapi jangka panjang juga perlu mendapatkan perhatian, seperti pengembangan ekonomi rakyat.
Tidak kalah pentingnya mekanisme agama dalam menjaga keadilan sosial, berupa zakat maupun sedekah mesti digalakkan kembali, agar mekanismne yang bersifat langgeng itu bisa digunakan sarana menjaga kesejahteraan sosial. Bantuan yang bersifat karitatif akan mudah terhenti ketika memoentumnya hilang, tetapi penciptaan mekanisme yang bisa menjmin pemerataan itu lebih diutamakan. Zakat dan sedekah merupakan upaya agama untuk menjaga solidaritas kemanusiaan. Hilangnya kesadaran sedekah dan zakat menjadikan hilangnya ukhuwah basyariyah (solidaritas kemanusiaan).
Bila solidaritas kebangsaan, apalagi solidaritas kemanusiaan telah hilang, maka tidak ada lin akibatnya kecuali bencana yang akan menimpa, sebab manusia bisa akan membiarkan manusia yang lain menderita tanpa tergerak menolongnya, bahkan memangsa satu dengan yang lain. Kenyataan itu bukan hal yang asing, tetapi kelihatan nampak kelihatan dalam kenyataan hidup sehari-hari. Seandainya ajaran agama yang sangat sederhana itu ditegakkan, maka malapetaka yang menyedihkan itu tidak akan terjadi. (Munim DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
3
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
4
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
5
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
6
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
Terkini
Lihat Semua