Dalam tata kehidupan dunia prinsip koeksistensi dan tidak saling mengintervensi itu sebenarnya tidak berlaku. Sebaliknya yang terjadi adalah upaya saling mengintervensi bahkan saling meniadakan, terutama bagi Negara kapitalis, imperialis. Mempertahankan ketegangan selalu dilakukan, sebagai upaya penaklukan, maka apa yang disebut damai sebenarnya adalah bentuk total dari penaklukan itu. Sebelum suatu bangsa atau Negara ditaklukkan baik secara politik maupun ekonomi, maka Negara tersebut dikategorikan tidak aman. Negara aman berarti sudah dijajah ditaklukan.
Cara pandang itulah yang diterapkan Negara-negara Barat terhadap situasi politik Iran dewasa ini terutama ketika melihat kemenanagan kelompok nasionalis muda Iran Mahmud Ahmadi Najed (49) yang mencemnaskan Dunia Barat. Kesalahan bangsa Iran sebenarnya sederhana saja yaitu melakukan Pemilu tanpa melibatkan lembaga asing, sebagai konsultan, pengamat . Sebab beaya Pemilu tidak mahal dan teknisnya juga amat sederhana. Sehingga Iran bisa menyelenggarakan pemilu dengan mandiri secara jujur dan bersih dan selesai tanpa harus kelibet hutang.
<>Tentang pemimpin yang dipilih yang dianggap Barat sebagai pemimpin garis keras, ultrakonservatif yang mengancam perdamaian dunia, itu sebenarnya cara pandang yang khas imperialis, yang berlaku prinsip your security is may insecurity (keamanan anda ancaman buat saya). Begitu pula selanjutnya berlaku sikap kemakmuran Negara anda adalah ancaman buat kemakmuran Negara saya. Iran adalah Negara kuat dan makmur, karena itu Negara kapitalis merasa terancam, sebab dalam pikiran negara-negara maju, semua Negara harus dimiskinkan, dengan dijerat utang.
Bangsa Iran adalah bangsa yang punya tradisi tua yaitu tradisi Persia, karena itu sangat dewasa dalam mengatur ritme politiknya, sesuai dengan situasi politik regional Timur Tengah. Hal itu bias dilihat bagaimana pemimpion dengan berbagai tipe seperti Abul Hassan Bani Sadr yang moderat diganti Ali Rajai lalu diteruskan Rafsanjani yang lebih konservatif, lalau memilih Khatami yang lebih moderat dan terbuka. Tetapi ketika situasi regional kacau, Irak telah dikuasai Amerika, begitu pula Pakistan dan Afganistan. Suriah mulai diganggu, Mesir digerakkan lagi juga Arab Saudi. Agar pertahanan Iran tidak jebol, maka rakyat memilih pemimpin kuat seperti Mahmud Ahmadinejad itu. Ini menunjukkan bagaimana bangsa Iran mampu mengatur ritme politiknya sendiri dengan sangat lihai dan matang. Tahu siapa yang layak menjadi pemimpinnya, risiko akan ditanggung sendiri, bukan bangsa lain.
Dunia beradab telah melahirkan berbagai sistem pemerintahan, ada yang kesultanan, kekhalifahan maupun republik dan ada yang di luar semua itu. Semuanya tidak bisa diukur satu sama lain, karena memiliki konteks dan seunggulan sendiri-sendiri. Tetapi ketika Barat mengaut demokrasi, sekarang ini ada pandangan yang monolit, hegemonic, seolah Negara terbaik adalah republic dengan menggunakan sistem demokrasi. Dari situ kemudian dikeluarkan dana besar untuk proyek reformasi Negara-negara untuk didemokrastisasi. Kalau tidak mempan dengan uang, maka dilakukan dengan terror dan senjata.
Iran sebagai bangsa yang mempunyai peradaban sangat tua, seusia Romawei atau Cina. Memiliki sistem pemerintahan sendiri, paduan antara Islam dan tradisi Persia yang adiluhung, maka hasilnya jauh lebih baik dari demokrasi yang dijajakan para imperialis saat ini. Sebab sistem itu bukan sistem luar yang cangkokkan, tetapi sebuah sistem politik yang melekat dalam tradisi politik dan budaya serta kepercayaan Iran. Dengan demikian sistem tersebut bersifat self suffisien, memdai untuk keperluan politik itu sendiri, semua sarana telah disediakan oleh budaya yang menopangnya.
Paham monolit dan hegemonik bahawa seluruh dunia harus republik harus menerapkan demokrasi adalah pandangan yang usang dan ahanya menyengsarakan bangsa lain, seolah hanya sistem itu yang baik. Padahal dunia yang umurnya sudah ribuan tahun telkah mengajarkan berbagai sistem pemerintahan dan kenegaraan berbagai macam sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Dan apapun tujuan Negara adalah untuk menjaga kedaulatan Negara dan untuk melindungi rakyat dan wilayahnya. Sejauh Negara mampu menjalankan tugasnya itu sistem apapun yang digunakan tidak masalah. Justeru dengan sistem yang beraneka ragam itu kehidupan kita kaya raya, banyak alternatif dan bisa saling belajar. Tidak harus membeli demokrasi ke Negara maju dengan harga mahal dan sistem perawatannya yang mahal dan suku cadangnya juga sangat mahal.
Iran sebuah Negara mandiri baik secara ekonomi dan terutama secara budaya, karena itu dia tidak hanya mampu membuat persenjataannya sendiri, tetapi juga mampu merumuskan sistem politiknya sendiri, tanpa mengadopsi, tanpa membeli dari pedagang politik. Tetapi justeru dengan sistem politik yang dibangun sendiri itu Politik Iran sangat beradab, matang dan menakjubkan. Keunggulan itu yang mencemaskan para calo dan pedagang demokrasi karena kalau sistem yang luhur itu dijalankan negara lain, maka demokrasi yang diperdagangkan para kapitalis itu tidak laku. (Abdul Mun'im DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
3
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
4
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
5
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
6
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
Terkini
Lihat Semua