Muslimat NU, Melayani Masyarakat dengan Kerja Nyata
Jumat, 25 November 2016 | 05:47 WIB
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan teladan apa yang bisa diambil oleh perangkat kelembagaan NU lain atau organisasi di luar NU? Tentu tidak ada faktor tunggal karena keberhasilan adalah kombinasi dari banyak upaya-upaya sistematis dalam memanfaatkan peluang dan tantangan yang menghadang. Tetapi hal penting yang patut dicontoh adalah kerja yang dilakukan oleh Muslimat NU adalah kerja-kerja riil yang bisa terukur dengan baik hasilnya seperti mendirikan taman kanak-kanak, koperasi, klinik dan rumah sakit, panti asuhan, dan lainnya.
Dalam organisasi keagamaan atau pengembangan masyarakat, modal keuangan yang dimiliki sangat minim. Yang menjadi dasar adalah semangat untuk merubah kondisi masyarakat agar lebih baik. Tetapi, dengan berjalannya waktu, maka akan ada proses pembelajaran, ada akumulasi modal keuangan dan peningkatan ketrampilan mengelola lembaga tersebut. Muslimat NU juga memulai dari hal-hal kecil tapi nyata dan dari situlah mereka berkembang. Sebagaimana proses pertumbuhan manusia. Saat bayi dan anak-anak, kita semua meniru perilaku orang dewasa sampai akhirnya usia kita beranjak dan mampu bertindak atas kemampuan diri sendiri. Proses kemajuan sebuah negara juga menggunakan pola yang sama. Jepang, sebelum menjadi sebuah negara industri maju merupakan peniru dari produk-produk Barat, tetapi dengan berjalannya waktu, kualitas produksinya meningkat sampai akhirnya berhasil mengungguli produk dari Eropa dan Amerika. Strategi yang sama dikembangkan oleh Korea Selatan yang kini produknya juga sudah menguasai dunia. Dan hal yang sama kini dilakukan oleh China. Meskipun kini dikenal dengan produk dengan kualitas rendah, tetapi di masa depan, ada proses pembelajaran dan peningkatan kualitas yang akhirnya bisa saja mengalahkan negara-negara lain di mana sebelumnya menjadi tempat belajar.
Muslimat NU juga belajar dengan meniru mereka yang lebih sukses, sampai akhirnya menemukan sebuah pola sendiri yang paling sesuai dengan budaya dan karakter organisasi. Muslimat tidak merancang program-program yang bombastis tapi minim aksi nyata. Hanya bermain dalam tataran wacana tetapi tidak ada eksekusi. Yang paling penting adalah memulai dari hal yang kecil tetapi nyata, dari situ bisa menjadi tempat untuk belajar banyak hal dan dari situlah proses pengembangan diri dimulai. Sampai akhirnya dengan berjalannya waktu, maka kemajuan dan kematangan diperoleh. Organisasi Islam yang berhasil di Indonesia, juga menggunakan pola sebagaimana yang dijalankan oleh Muslimat NU. Mereka memfokuskan diri untuk melakukan kerja-kerja nyata dengan perspektif jangka panjang.
Hal lain yang perlu dicermati dari Muslimat NU adalah perannya sebagai madrasah pertama bagi para putra-putrinya. Peran ini kini mendapat tantangan dalam era baru ketika banyak sekali ibu muda yang harus keluar rumah sehari penuh untuk bekerja sementara anak-anaknya dalam pengasuhan orang lain. Hal lain adalah perkembangan teknologi informasi yang menerobos tanpa batas ke seluruh keluarga. Bagaimana Muslimat NU menyiapkan ibu-ibu dalam situasi baru, hal inilah yang mungkin harus dibahas dalam kongres ke-17 pekan ini yang berlangsung di Jakarta.
Dari sekian banyak prestasi yang telah dicapainya, ada satu persoalan penting yang juga perlu mendapat perhatian Muslimat NU. Sebuah organisasi, ditujukan untuk mampu terus bertahan sepanjang masa atau terus berkembang dari waktu ke waktu. Karena itu, mekanisme pergantian kepemimpinan harus disiapkan setiap saat. Puncak dari keberhasilan kepemimpinan bukan terjadi pada saat pemimpin saat ini masih berkuasa, tetapi adalah saat para penggantinya berhasil mempertahankan atau bahkan mengembangkan kesuksesan yang sudah diraihnya. Jangan sampai apa yang sudah dibangun dengan susah payah pada hari ini, runtuh di kemudian hari karena tidak ada penyiapan tongkat estafet kepemimpian.
Tradisi yang berjalan di banyak organisasi masa kini adalah pembatasan masa kepemimpinan. Ini akan memaksa pemimpin periode yang sedang berjalan, untuk menyiapkan calon penggantinya. Ini juga akan mendorong, orang-orang paling potensial untuk berkompetisi dan menunjukkan potensi terbaiknya agar bisa berada dalam posis tertinggi. Ini juga akan mendorong para pemimpin saat ini untuk tidak selalu berada dalam area nyaman. Ia harus berusaha meraih posisi lebih tinggi yang lebih menantang di tempat lainnya jika ingin tetap mengaktualisasikan diri. Jika situasi seperti ini bisa berjalan dengan baik, organisasi akan menjadi sehat dan dinamis. (Mukafi Niam)
Terpopuler
1
Ketum PBNU: NU Berdiri untuk Bangun Peradaban melalui Pendidikan dan Keluarga
2
Harlah Ke-102, PBNU Luncurkan Logo Kongres Pendidikan NU, Unduh di Sini
3
Badan Gizi Butuh Tambahan 100 Triliun untuk 82,9 Juta Penerima MBG
4
LP Ma'arif NU Gelar Workshop Jelang Kongres Pendidikan NU 2025
5
Mendagri Ungkap Makan Bergizi Gratis Juga Akan Didanai Pemerintah Daerah
6
Banjir Bandang Melanda Cirebon, Rendam Ratusan Rumah dan Menghanyutkan Mobil
Terkini
Lihat Semua