Mengenal Leuit, Lambang Kesejahteraan Masyarakat Cisungsang Banten
Senin, 20 Desember 2021 | 03:34 WIB
Kendi Setiawan
Penulis
Masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang di Kabupaten Lebak, Banten masih menjaga tradisi adat lelulur. Salah satu upacara adat yang masih terjaga hingga saat ini adalah Seren Taun. Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) menemukan bahwa prosesi yang sudah dijalankan selama 700 tahun lebih ini dilakukan setiap tahun setelah masa panen padi dan sebagai ritual puncak musim bertani.
Peneliti mengungkapkan padi atau pare bagi masyarakat Kasepuhan Cisungsang adalah tanaman yang dihormati. Dalam bahasa masyarakat Cisungsang disebut dipusti. Padi adalah simbol keberkahan dan kesejahteraan. Para leluhur mengajarkan untuk menghormati padi seperti anak, istri, atau keluarga.
"Mereka meyakini keberkahan diturunkan dari Tuhan lewat padi sebagai kebutuhan pokok sehari-hari. Meyakini hal tersebut, setiap keluarga diwajibkan memiliki leuit (lumbung padi) untuk menyimpan hasil panen padi. Masyarakat Cisungsang pun dilarangan menjual padinya," tulis peneliti.
Diungkapkan, bangunan leuit berbentuk rumah panggung, berbahan lempengan kayu segi empat. Atapnya meruncing ke atas membentuk segi tiga. Tidak ada ketentuan pasti untuk ukuran leuit sebab luasnya disesuaikan dengan kebutuhan. Bangunan leuit biasanya akan berjajar di halaman samping, belakang, atau depan rumah warga setempat. Tak jarang, leuit dibangun di sebelah pematang sawah.
Para peneliti BLAJ yakni Abdul Basid dan Ismail Lating saat melakukan penelitian di Desa Cisungsang mewawancarai Emak, istri Abah Usep Suyatna, Ketua Adat Kasepuhan Cisungsang dan Ewang, Kokolot Lembur Desa Cisungsang tentang cara menyimpang padi di leuit dan khasiat nasi dari beras yang tersimpan di dalam leuit.
"Menurut Emak, nasi yang dimakannya berasal dari beras yang diselip atau ditumbuk dari padi yang tersimpan hingga dua tahun atau lebih di leuit. Bahkan Emak mengatakan ada padi yang tersimpan hingga 25 tahun," tulis peneliti.
Menurut narasumber, semakin lama padi tersimpan, semakin berkurang kadar gula dalam nasi dari padi tersebut. Nasi ini sangat bermanfaat bagi para penderita diabetes. Padi di masyarakat Cisungsang hanya boleh dikonsumsi, tidak boleh dijual. Karena itu jika ada yang datang, mereka wajib menyuguhkan makanan. Mereka beranggapan, jangan sampai mereka yang datang ke sana pulang dalam keadaan lapar.
Tentang leuit, lanjut peneliti, Ewang menceritakan untuk menyimpan padi hingga waktu sangat lama perlu membuat konstruksi leuit yang baik. Leuit dibuat serapat mungkin, alas palupuh dilapisi daun takalar dan di empat sudutnya dipasang daun hanjuang. Setelah leuit dibuat dengan baik, selanjutnya dengan wasilah para leluhur mereka memohon agar leuit dijaga dari hama serta mendapat keberkahan.
"Dalam masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang terdapat tiga leuit, yaitu leuit keluarga, leuit desa, dan leuit adat," ungkap peneliti.
Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua