Buya Leter, Sosok Pemegang Teguh Agama dengan Adat
Sabtu, 18 Juli 2015 | 02:00 WIB
Tidak banyak ulama yang mampu memahami pertautan agama dengan adat Minangkabau di Sumatera Barat. Di tengah mencuatnya Islam Nusantara yang mengakar dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia, di Sumatera Barat dikenal ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK).
<>
Ungkapan ini menempatkan bagaimana adat Minangkabau yang sudah ada di tengah masyarakat Minangkabau dapat diselaraskan dengan nilai-nilai agama Islam. Adat yang sudah duluan ada di tengah masyarakat, tidak dipertentangkan dengan Islam. Namun bagaimana adat tersebut dapat dijiwai dengan nilai-nilai agama. Buya Leter adalah sosok pemegang teguh perpaduan tersebut.
Sosok A'wan PBNU Buya Drs. H. Tuanku Bagindo Mohammad Leter, yang masuk dalam daftar 39 ulama yang diusulkan sebagai calon anggota Ahlul Halli wal Aqdi merupakan ulama Minang yang mampu memadukan adat Minang dengan nilai-nilai Islam yang ada di Sumatera Barat. Buya Leter kelahiran Pakandangan 16 April 1934, diangkat menjadi tuanku di Surau (Pesantren) Mato Aia, Pakandangan, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat tahun 1971. Itu artinya Leter sudah diakui sebagai tamatan pesantren dan memiliki pengetahuan agama.
Sebelumnya, Buya Leter sudah belajar di Madrasah MIT Pakandangan tahun 1948. Melanjutkan pendidikan ke SMP Persatuan Guru Indonesia Bukittinggi (1948) dan menamatkannya di SMP IPP Bukittinggi tahun 1953. Masuk Sekolah Guru dan Hakim Agama (SGHA) Negeri tahun 1956 di Yogyakarta. Dari sana, Leter menamatkan sarjana muda IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1964 Fakultas Tarbiyah. Sedangkan sarjana lengkap diselesaikan tahun 1970 di tempat yang sama.
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari kolonial Belanda, tahun 1947-1948 Leter bekerja di bengkel senjata Mobil Brigade (sekarang Brimob) di Bukittinggi. Dari sana, menjadi Tentara Pelajar (1948-1949) di Bukittinggi. Tamat SGHA, Leter diangkat menjadi PNS di Kabupaten Bengkalis, ditempatkan di Bagansiapi-api menjabat Kepala Sekolah Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Alwashliyah (1957-1961).
Ketika di Yogyakarta tahun 1954, Leter turut aktif dalam pendirian Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama bersama Prof.Dr. KH Chatibul Umam (sekarang salah seorang pengurus PBNU). Di tengah sibuk menyelesaikan kuliah tahun 1966, dipanggil mengikuti wajib militer untuk SEPACAD-AD di Bandung. Setelah mengikuit latihan 6 bulan, muncul kebimbingan antara ingin meneruskan karir militer, menyelesaikan sarjana lengkap IAIN dengan kembali ke PNS. Akhirnya, melalui SK Menteri Agama, 31 Agustus 1967 ditugaskan menjadi Penilik Pendidikan Agama di Kabupaten Padangpariaman. Hanya dua bulan kemudian, Bupati Padangpariaman Mohammad Noer memintanya jadi anggota DPRDGR Padangpariaman dari Partai Nahdlatul Ulama, terpilih menjadi Wakil Ketua I DPRDGR Padangpariaman hingga 1971.
Dari Padangpariaman, Leter pindah bertugas ke Departemen Agama Sumatera Barat. Sebagai ulama, dipercaya sebagai Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar (1975-1991). Tahun 1979 Leter diminta menjadi pengurus Golkar. Leter menolak karena semua orang tahu ia dari Partai NU dulunya.
"Kalau Buya tidak masuk, tidak ada ulama di Golkar. Siapa yang akan memberikan nasehat jika dibutuhkan. Jangan-jangan orang lain yang tidak jelas keulamaannya. Setelah berkonsultasi dan restu dari tokoh NU di Sumatera Barat, saya pun bersedia. Karena tujuannya juga untuk berdakwah, menegakkan Islam Ahlussunnah Waljamaah. Ternyata langsung ditempatkan di jajaran Wakil Ketua DPD Golkar Sumatera Barat," kenang Buya Leter, yang dua periode menjadi anggota DPRD Sumatera Barat, kepadaNU Online Selasa (14/7/2015) di kediamannya, kawasan Ulakkarang Padang.
Setelah tidak di politik, aktifitas Leter tidak pernah sepi. Berdakwah ke berbagai masjid, surau, majelis taklim. Belum lagi berbagai pertemuan ilmiah, seminar, pelatihan, workshop dan diskusi. Sebagai Wakil Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) periode 2005-2010, Leter semakin memiliki ruang memadukan adat Minangkabau dengan agama Islam. Leter paham betul bagaimana perpaduan adat Minang dan Islam sebagaimana ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK). Dengan jejak rekam itu, nyaris tidak ada masyarakat di Sumatera Barat yang tak kenal dengan Buya Leter ini. Banyak tokoh nasional yang datang ke Sumatera Barat, Buya Leter turut mendampinginya.
Penulis buku, Tuntutan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana ini, belakangan sering mengisi dakwah di Stasiun TVRI. "Materi yang disampaikan Buya Leter menarik, simpel dan mudah dipahami. Saya senang dan sering nonton," tutur Pengurus PP Lesbumi M. Dinal kepada NU Online beberapa waktu lalu di Jakarta.
Aktivitas organisasi yang dilalui Leter diantaranya, Sekretaris Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia Bukittinggi (1950-1952), Ketua Umum Persatuan Pelajar Sekolah Guru (PPSG) Daerah Istimewa Yogyakarta (1955-1957), Pengurus Cabang PII (Pelajar Islam Indonesia) Cabang Yogyakarta (1954-1956), Sekretaris Dewan Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1964-1966), Wakil Ketua Presiden MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia) Yogyakarta (1965-1967), Ketua Koordinator Dema/Sema Universitas dan Perguruan Tinggi Islam DI. Yogykarta ( 1965 - 1967), Pengurus Ex. Tentara Pelajar/ Pelajar Pejuang Sumatera Tengah Komisaris Daerah Sumatera Barat (1980), Anggota LAKSUSDA Penanggulangan Bahaya Komunis Kodam III/ 17 Agustus (1981-1983), Wakil Ketua PKBI Prop. Sumatera Barat (1981-1989), Wakil Sekretaris Panitia MTQ tingkat Nasional ke XIII di Sumatera Barat (Padang) (1982-1983), Wakil Ketua PDK Kosgoro Prop. Sumatera Barat (1986-1991), Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Propinsi Sumatera Barat (1988-1993), Ketua Satkar Ulama Prop. Sumatera Barat (1994-1999), Wakil Ketua I PMI (Palang Merah Indonesia) Prop. Sumatera Barat (1994-sek.), Wakil Ketua LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran) Prop. Sumatera Barat ( 1999-sek.), Ketua Umum Ikatan Mubaligh Sumatera Barat (2002-sek.), Musytasar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Barat (2003 – 2004), Wakil Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Barat (2005 – 2010) dan sekarang A'wan PBNU (2010-2015). (armaidi tanjung)
Terpopuler
1
Hitung Cepat Dimulai, Luthfi-Yasin Unggul Sementara di Pilkada Jateng 2024
2
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
3
Hitung Cepat Litbang Kompas, Pilkada Jakarta Berpotensi Dua Putaran
4
Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
5
Bisakah Tetap Mencoblos di Pilkada 2024 meski Tak Dapat Undangan?
6
Ma'had Aly Ilmu Falak Siap Kerja Sama Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan
Terkini
Lihat Semua