Ajie Najmuddin
Kontributor
Pada perkembangannya, meski belum ditemukan keterangan secara rinci, layaknya cabang-cabang lain seperti Jombang, Semarang, Pekalongan, dan sebagainya mengenai pembentukan cabang di Surakarta, namun sejak Muktamar pertama tersebut, Kota Surakarta terus mengirimkan wakilnya.
Adalah Kiai Kholil Umar Kauman, yang disebutkan dalam Laporan Muktamar NU, setidaknya dari catatan yang diperoleh penulis mulai dari Muktamar tahun 1927 hingga tahun 1930, ia menjadi wakil dari Surakarta pada forum tertinggi dalam organisasi NU, yang pada masa dahulu dihelat setiap tahun sekali.
Kiai Kholil merupakan adik kandung Kiai Ahmad Siradj Umar Panularan. Keduanya merupakan putra dari Kiai Umar (Imampura) yang nasabnya bersambung hingga kepada Sunan Kalijaga maupun Raden Patah. Salah satu cucu Kiai Siradj, Nyai Muhsinah kemudian menjadi istri Kiai Cholil Bisri Rembang.
Dalam buku Berangkat dari Pesantren (2013:163), KH Saifuddin Zuhri menyebutkan Kiai Kholil sebagai tokoh NU yang sekaligus juga pemilik hotel di Pasar Pon Kota Sala.
Selain Kiai Kholil, di masa itu (tahun 1930-an), tokoh NU lainnya yang disebutkan oleh Kiai Saifuddin di antaranya Kiai Abu 'Ammar Pengasuh Pesantren Jamsaren, Kiai Masyhud Keprabon, Kiai Ma'ruf Mangunwiyata Pengasuh Pesantren Jenengan, Kiai Dimyathi al-Karim Pemimpin Madrasah Salafiyah Mangkunegaran dan Kiai Raden Adnan (Rektor pertama PTAIN Yogyakarta, kini UIN Sunan Kalijaga). Dua nama terakhir tercatat masuk di dalam kepengurusan HBNO (PBNU) tahun 1935-1936.
Kemudian juga ada Kiai Abdul Somad (Guru Madrasah Al-Islam), Kiai Zamahsyari (Guru Madrasah Mambaul Ulum), Kiai Raden Abdul Mu'thi (saudagar batik di Kauman), Kiai Mudzakkir (saudagar di Tegalsari), dan lain-lain. Beberapa dari tokoh tersebut, termasuk Kiai Kholil, merupakan alumni dari Pesantren Tremas Pacitan yang kala itu diasuh Kiai Dimyati.
Selain aktif berjuang bersama NU, Kiai Kholil juga ikut mendorong pendidikan bagi kaum perempuan, khususnya di wilayah Kauman Surakarta.
Kiai Kholil wafat dengan meninggalkan sejumlah jejak perjuangan yang masih bertahan hingga kini. Ia dimakamkan di dekat makam Kiai Idris Jamsaren (wafat 1923) dan juga Kiai Ahmad Siradj (wafat 1961), di kompleks pemakaman Makamhaji. Lahumu al-Fatihah.
Penulis: Ajie Najmuddin
Sumber :
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua