Tokoh AHLUL HALLI WAL AQDI

Pertemuan KH Sanusi Baco dengan Gus Dur dan Pengabdiannya di NU

Senin, 22 Juni 2015 | 07:31 WIB

Masyarakat Sulawesi Selatan pasti mengenail istilah Anre Gurutta, biasanya istilah ini ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah menempati status sosial yang sangat tinggi dan telah mendapat tempat dan kedudukan terhormat di mata masyarakat Bugis Makassar. Salah satunya Anre Gurutta Haji Sanusi Baco Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan. <>

Anre Gurutta Haji Sanusi Baco adalah ulama kharismatik, pemimpin spiritual masyarakat di Sulawesi Selatan, selain menjadi Rais Syuriyah, Gurutta juga dipercaya sebagai Ketua MUI Sulawesi Selatan, Ketua Umum Yayasan Masjid Raya Makassar serta mengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, salah satu Pesantren milik Nahdlatul Ulama di Kabupaten Maros.

Masa Kecil dan Pengalamannya bersama Gus Dur

Gurutta Sanusi Baco lahir di Maros, 4 April 1937 dengan nama Sanusi. Putra kedua dari enam bersaudara dari seorang ayah bernama Baco dan beliau lebih dikenal Sanusi Baco. Pada zaman Jepang, Sanusi kecil menjadi perawat kuda tentara Jepang di Maros. Sementara ayahnya adalah seorang mandor.

Gurutta Sanusi Baco kala muda menyempatkan nyantri beberapa guru di desanya, kemudian melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, selama 8 tahun. Setelah lulus Aliyah tahun 1958, Gurutta Sanusi Baco hijrah ke Makassar dan mengajar di beberapa tempat.

Gurutta Sanusi Baco sempat menjadi Sarjana Muda (BA) di Universitas Muslim Indonesia, kemudian setelah selesai, Sanusi Baco yang juga tokoh pendiri PMII di Sulawesi Selatan  mendapat kesempatan beasiswa dari Departemen Agama Republik Indonesia untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Sebagaimana yang sering diungkapkan Gurutta, ketika memberikan dakwah di hadapan warga Nahdliyin, sewaktu perjalanannya dari Indonesia ke Mesir menaiki kapal, di saat itulah beliau berjumpa dengan KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur.

Gurutta Sanusi dalam perjalanan ke Mesir itu mendapatkan kesempatan mendengar cerita/humor dari Gus Dur. Gurutta heran, Gus Dur selama sebulan penuh tiap harinya bercerita/humor di hadapannya dengan cerita yang berbeda. Demikian Gurutta Sanusi mengenang pertemuannya dengan Gus Dur.

Berawal dari persahabatannya dengan Gus Dur membuat Gurutta Sanusi Baco bertekad untuk berkhidmah di NU. Setelah kembali ke Makassar, aktifitasnya adalah mengajar di Universitas Muslim Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Gazali (sekarang UIM) dan mulai berkeliling berdakwah dan mendirikan Sekolah Tinggi Al-Gazali Cabang STAI Al-Gazali di Makassar serta sebagai Dosen Tetap di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar.

Kemudian di umur 78 tahun saat ini Gurutta Sanusi Baco setia berkhidmat di Nahdlatul Ulama. Saat ini masih aktif mengabdikan dirinya untuk memajukan pendidikan Nahdaltul Ulama sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar, yayasan yang menaungi Universitas Islam Makassar sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi milik Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan.

Selain mengabdikan dirinya di Universitas Islam Makassar, Gurutta Sanusi masih aktif berdakwah dan memberikan nasehat kepada masyarakat Sulawesi Selatan dan pada tahun 2012 Gurutta Sanusi Baco dianugerahkan Doktor Honoris Causa dalam bidang Hukum Islam atau fiqh di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. (Andy Muhammad Idris/Anam)

 

 

*Diolah dari berbagai sumber