Warta

5 Calon Mahasiswa Penerima Beasiswa PBNU Siap Dikirim ke Libya

Kamis, 28 Agustus 2008 | 23:28 WIB

Jakarta, NU Online
Sebanyak 5 calon mahasiswa penerima beasiswa dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) siap dikirim ke Libya. Mereka adalah kader NU terbaik yang berhasil lolos ujian seleksi beasiswa PBNU untuk wilayah Timur Tengah pada 24 Juli lalu.

Mereka yang beruntung adalah Mahin Musyaffa' (Brebes, Jawa Tengah), Ahmad Rifqi (DKI Jakarta), Ahmad Ridho Rahman (Ponorogo, Jawa Timur), Ahmad Munsith Abdullah (Kediri, Jawa Timur), Rohbe Syurohbiel (Jombang, Jawa Timur).<>

Ke-5 calon mahasiswa lulusan sejumlah pondok pesantren dan madrasah aliyah se-Indonesia itu telah mengkuti serangkaian seleksi, di antaranya, tahriri (ujian tulis) dan syafawi (ujian lisan). Mereka berhasil menyisihkan 15 pendaftar lainnya.

Selanjutnya, mereka akan diberangkatkan ke negara pimpinan Presiden Muammar Kadafi itu pada 16 Oktober 2008. Semuanya, akan menempuh pendidikan di Fakultas Syariah pada Universitas Al-Da’wah Tripoli, Libya.

Seluruh biaya pendidikan dan biaya hidup selama di Libya, ditanggung pemerintah setempat, termasuk di antaranya tiket pesawat untuk perjalanan pergi-pulang.

“Para calon mahasiswa ini hanya dikenakan administrasi untuk pengurusan fiskal, visa, terjemah ijazah dan keterangan sehat dari dokter,” ujar Ketua Panitia Pelaksana Ujian Seleksi Beasiswa PBNU untuk Wilayah Timur Tengah, Ulil Abshar Hadrawi, kepada NU Online, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (28/8) kemarin.

“Mereka (para mahasiwa) boleh pulang dua tahun sekali jika memenuhi batas nilai yang ditentukan, jayyid (semacam cumlaude atau prestasi dengan nilai tertinggi dalam sistem akademik),” imbuh Ulil.

Ulim menambahkan, para calon mahasiswa itu dipilih karena berbagai pertimbangan. Antara lain, pertama, kemampuan peserta dalam mengartikulasikan pikiran dan idenya dalam bahasa Arab dengan fasih.

Kedua, kemampuan kognitif, yaitu cakrawala keilmuan dan pengalaman peserta. “Kemampuan kognitif ini sangat terlihat ketika peserta menjawab berbagai soal seputar isu-isu Islam aktual,” tandas Ulil.

Ketiga, psikomotorik, yaitu sisi kesungguhan peserta dalam mengikuti ujian yang terlihat selama proses ujian berlangsung. “Terakhir adalah pertimbangan loyalitas dan komitmen sebagai seorang santri NU yang selalu menyandang identitas ke-NU-annya meski jauh dari Tanah Air,” pungkasnya. (min/rif)