Warta PENGAJIAN ONLINE

Ada Hadits "Kiasan" di Bulan Ramadhan

Jumat, 12 September 2008 | 14:31 WIB

Jakarta, NU Online
Diriwayatkan bahwa pada bulan Ramadhan pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup dan setan-setan dibelenggu. Ini adalah sebuah bahasa kiasan yang digunakan Nabi untuk memberikan semangat bagi umat Islam guna memperbanyak amal kebaikan pada bulan tersebut.

Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Arwani Faisal dalam program Pengajian Online di ruang redaksi NU Online, gedung PBNU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, Selasa pekan lalu.<>

”Hadits ini memberikan dorongan dan semangat kepada umat Islam untuk semakin giat beribadah, karena semangat beribadah adalah fadhal (keutamaan) dan setan yang terbelenggu juga fadhal. Jadi meskipun hadits ini adalah kiasan, namun ia bukan sebuah kiasan yang kosong.” terangnya.

Umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak berdzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah serta meningkatkan segala amal kebajikan dalam bentuk apa pun pada bulan Ramadhan.

Hal ini dinyatakan oleh Kiai Arwani ketika menjawab pertanyaan salah seorang peserta, ”Mengapa beribadah masih saja memakai perhitungan pahala banyak dan sedikit, bukankah beribadah sesungguhnya adalah hanya untuk mengabdi dan syukur pada tuhan?”

Lebih lanjut Arwani menjelaskan, semestinya umat Islam memang tidak hanya terpaku pada ibadah mahdhoh saja. Setiap kebaikan, apa pun bentuknya, yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan akan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah.

Hal lain yang dijelaskan sesuai tema Pengajian Online kali ini , yakni syarat i’tikaf yang harus dilaksanakan di Masjid. Penjelasan ini menanggapi seorang peserta dari Jawa Timur yang menceritakan, ada sebagian masyarakat yang beranggapan, i'tikaf dapat dilaksanakan di rumah.

”I’tikaf adalah ibadah yang mesti dilakukan di Masjid, karenanya tidak sah bila i’tikaf dilakukan di rumah,” tegas Arwani.

Nilai ibadah i'tikaf terletak pada kekhusyukan yang dilaksanakan di Rumah Allah, karena itu i’tikaf tidak dapat dilaksanakan di luar masjid.

”I’tikaf adalah bentuk pengagungan kepada Baitullah, karenanya wanita yang beri’tikaf diharuskan dalam keadaan suci, dalam waktu haid maupun istihadzoh wanita tidak dapat melaksanakan i’tikaf,” jelasnya.

Kiai Arwani memaparkan, dalam terminologi fikih madzhab Syafi’i, i’tikaf dapat dilaksanakan sepanjang tahun, meskipun memang ada imam lain yang menyatakan i’tikaf adalah ibadah khusus yang hanya dapat dilaksanakan pada bulan Ramadhan saja.

”Dalam madzhab Syafi’i, dalil yang menjelaskan i’tikaf secara khusus dilaksanakan pada bulan Ramadhan, didudukkan dalam konteks i’tikaf nadzar,” tandasnya.

Sementara itu, peserta dari Mesir menceritakan, pada bulan Ramadhan Masjid-masjid di Mesir menyediakan makan untuk berbuka dan sahur bagi yang mau i'tikaf. Ia berharap, mungkin masjid-masjid berbasis jamaah Nahdlatul Ulama di tanah air juga bisa mengembangkannya.

Dibandingkan dengan Indonesia, sebenarnya tradisi umat Islam di Mesir dan Indonesia hampir sama, hanya saja fenomena menyambut malam lailatul qodar lebih terasa di Mesir. Terutama sekali yang membedakan antara Ramadhan di Indonesia dan Mesir adalah keasadaran untuk beri'tikaf pada sepertiga terakhir bulan Ramadhan kian meningkat di mesir.

”Yang membedakan adalah kesadaran untuk beri'tikaf kian meningkat dan budaya bersedakah sangat kentara di Mesir," katanya melalui fasilitas teleconference. (min)