Buku “Ayat-Ayat Fitna” (AAF) yang ditulis Prof Dr Quraish Shihab merupakan salah satu upaya penulisnya untuk meredam kemarahan umat Islam menyusul heboh film “Fitna” karya Anggota Parlemen Belanda, Geert Wilders, yang beredar pada April lalu.
Hal tersebut diungkapkan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Pakistan, Munif Attamimi, dalam bedah buku AAF di sela-sela Konferensi Cabang III PCINU Pakistan di Islamabad, Senin (16/6) kemarin. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, M. Afifuddin Muchith.<>
Film Fitna sendiri yang menuai protes lantaran dinilai melecehkan Islam, menurut Munif, sesungguhnya merupakan seruan bagi umat Islam untuk bangkit. Sebab, selama ini, banyak umat Islam yang abai saat meninggalkan perintah agamanya.
Pendapat berbeda dikatakan Andre Gunawan, Pakar Tafsir Al-Quran dan Perbandingan Agama, yang juga hadir sebagai narasumber pada bedah buku itu. Menurutnya, pelecehan terhadap Islam bukan hal baru. Jauh sebelum Fitna itu beredar, ada Salman Rusdhi yang lebih dulu mengejek Al-Quran melalui bukunya berjudul “Ayat-Ayat Setan”.
“Ada juga tabloid Monitor yang meletakkan Nabi Muhammad dalam urutan ke-11 dalam daftar orang berpengaruh di dunia. Selanjutnya, heboh Kartun Nabi yang digambarkan dengan wajah seram dan bengisnya” ungkap Andre.
Buku AAF, kata dia, sebenarnya untuk menjelaskan potongan-potongan ayat Al-Quran yang dipelintir Geert Wilders dalam filmya dan memutus keterkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya atau sesudahnya.
Namun, ia mengkritik AAF karena gaya penulisannya yang sering menimbulkan pertanyaan yang sifatnya konflik bagi pembaca. “Pak Quraish ini lebih suka mengedepankan metode pemaparan opini ulama tanpa mau mengedepankan pendapat mana yang lebih “rajih” (terpercaya) dalam pandangannya,” jelasnya.
Ia juga menyayangkan buku tersebut yang hanya menggunakan pendekatan Ilmu Tafsir dan meninggalkan pendekatan Ushul Fiqh. “Ini sangat penting untuk mendamaikan ayat-ayat Al-Quran yang kelihatannya kontradiktif atau antara ayat dan Hadist,” imbuhnya.
Fitna sempat menuai protes dari kalangan umat Islam, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia, pada pertengahan April lalu. Film berdurasi 15 menit itu memuat potongan ayat-ayat Al-Quran di antara gambar pidato ulama radikal Islam, dan gambar-gambar tindak kekerasan. Video tersebut dimuat di situs video sharing LiveLeak.
Film itu dirilis meskipun imbauan dari pemerintah Belanda agar tidak dilanjutkan. Akibat publikasi film itu, timbul ketegangan di berbagai negara, termasuk Indonesia. (rif)
Terpopuler
1
Menag Nasaruddin Umar akan Wajibkan Pramuka di Madrasah dan Pesantren
2
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
3
Kiai Ubaid Ingatkan Gusdurian untuk Pegang Teguh dan Perjuangkan Warisan Gus Dur
4
Pilkada Serentak 2024: Dinamika Polarisasi dan Tantangan Memilih Pemimpin Lokal
5
Dikukuhkan sebagai Guru Besar UI, Pengurus LKNU Jabarkan Filosofi Dan Praktik Gizi Kesehatan Masyarakat
6
Habib Husein Ja'far Sebut Gusdurian sebagai Anak Ideologis yang Jadi Amal Jariyah bagi Gus Dur
Terkini
Lihat Semua