Warta

Gerhana Bulan akan Terjadi pada 17 Oktober

Ahad, 16 Oktober 2005 | 07:31 WIB

Jakarta, NU Online
Menurut perhitungan hisab yang dilakukan oleh para ahli falakiyah NU, pada tanggal 17 Oktober 2005 mendatang, akan terjadi gerhana bulan di seluruh Indonesia. Ketua Lajnah Falakiyah NU (LFNU) KH Ghozalie Masroeri menjelaskan bahwa gerhana tersebut akan terjadi antara pukul 18.34 - 19.30 WIB.

“Namun ini bukan gerhana total karena seluruh piringan bulan tidak menyelinap dalam bayangan matahari sehingga masih ada bayangan matahari yang masih ditangkap sehingga memantul di daerah lain,” tandasnya kepada NU Online.

<>

Gerhana bulan terjadi karena posisi bulan masuk ke bayangan bumi sehingga cahaya matahari menjadi terhalang. Ketiga benda angkasa tersebut berada dalam posisi satu garis. Gerhana bulan yang tidak total terlangsung lebih cepat dibandingkan gerhana bulan total 

“Jika melihat gerhana diharapkan membaca takbir, lalu berdoa, kemudian sholat gerhana yang salah satu rukunnya ada khutbahnya dua kali seperti sholat Jum’at. Juga dianjurkan bersedekah, ini hadist rasulullah,” paparnya.

Karena waktu sholat garhana terjadi bersamaan dengan sholat tarawih Ghozalie menganjurkan untuk mendahulukan sholat garhana dahulu. Ini disebabkan sholat gerhana hanya dapat dilakukan saat gerhana masih berlangsung.

“Sholat gerhana didahulukan, bagitu selesai sholat maghrib, ada yang ditugaskan untuk mencermati gerhana, begitu mulai gerhana, segera sholat dua rakaat, dilanjutkan khutbah  dua kali seperti sholat Jum’at. Kalau sudah hilang gerhananya sudah tidak ada perintah untuk sholat lagi,” imbuhnya.

Menurutnya gerhana bulan sangat mudah dilihat karena terjadi pada bulan-bulan purnama, dibandingkan dengan mengamati ru’yah yang terjadi pada masa bulan sabit. “Gerhana terjadi di ufuk barat di titik selatan. Yang penting asal tidak mendung atau hujan pasti kelihatan,” imbuhnya.

Di daerah Gresik LFNU juga akan memantau dengan teropong yang selanjutnya akan ditayangkan melalui layar selain masyarakat bisa melihat dengan mata telanjang. Secara teoritis dalam setahun bisa tiga kali, tetapi tidak mesti dan kadang-kadang tidak muncul.

Tema-tema khutbah yang dapat disampaikan dalam sholat gerhana adalah tentang peningkatan iman, mengagungkan Allah, bertaubah, anjuran bersedakah atau tema lain yang relevan dengan situasi masyarakat.

“Gerhana merupakan salah satu bukti tanda kekuasaan Allah, jadi perlu bertakbir. Jadi tidak sama dengan anggapan jahiliyah bahwa gerhana kaitannya dengan orang besar meninggal dunia,” ungkapnya.

Tentang anjuran melaksanakan shodakoh, Ghozalie menjelaskan bahwa dalam al Qur’an diterangkan, malam, siang, merupakan salah satu tanda bukti keberadaan Allah dan kebesaran Allah. Dengan demikian orang harus merasa kecil, khusu.

“Salah satu tanda untuk membesarkan Allah, maka seluruh jasmaniah dan rahaniah yang dimilikinya harus secara total harus diabdikan untuk Allah. Shodakoh sebagai pengejawantahan dari totalitas bahwa kita tidak memiliki apa-apa,” katanya.

Dikatakannya bahwa pada tanggal 29 Sya’ban atau 3 Oktober lalu, dikawasan Asia juga terjadi gerhana matahari cincin menjelang maghrib tinggal 15 menit. Untuk Indonesia, hanya bisa dilihat di kawasan Aceh.(mkf)