Yogyakarta, NU Online
Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid mengatakan bangsa Indonesia sekarang ini tengah mengalami krisis budaya, bahkan identitas sebagai sebuah bangsa yang besar hilang begitu saja.
"Pornografi semakin marak. Budaya kekerasan sudah menjadi kebiasaan," kata Gus Dur, panggilan akrabnya, ketika menyampaikan orasi budaya dalam acara Ruwatan Bumi Nusantara di Alun-Alun Selatan Kraton Yogyakarta, Kamis malam.
<>Sedangkan budaya korupsi, kata tokoh nasional ini, masih terus terjadi di berbagai sektor kehidupan. Penindakan koruptor tidak dilakukan secara sungguh-sungguh. "Bangsa ini sebenarnya sudah mengalami krisis budaya sejak lama. Kita terlalu lama terbius oleh budaya lama yang cenderung banyak negatifnya," kata Gus Dur.
Dia prihatin dengan budaya kekerasan yang sekarang ini dianggap biasa saja, seakan-akan menjadi budaya yang bagus. Padahal semua ini terjadi karena tidak ada komunikasi kolektif antarsesama dan antargolongan. "Masing-masing golongan mempunyai bahasa dan kepentingan tersendiri. Akibatnya komunikasi kolektif terputus," ujarnya.
Dampak buruknya, menurut Gus Dur, identitas bangsa Indonesia yang sebenarnya merupakan bangsa besar hilang begitu saja. "Kita harus memperbaiki budaya yang tengah mengalami krisis ini agar nantinya muncul kembali identitas bangsa," katanya.
Sejumlah tokoh hadir alam acara Ruwatan Bumi Nusantara tersebut di antaranya nampak mantan KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu dan tokoh PDI Perjuangan, Soetardjo Soerjoguritno.
Labuhan Sesaji
Sebelum menyampaikan orasi budaya, Gus Dur di dampingi istrinya Shinta Nuriyah pada sekitar pukul 16.00 Wib melakukan labuhan sesaji berupa kepala kerbau di Pantai Parangkusumo, Kabupaten Bantul.
Selain istrinya ikut pula mendampingi Gus Dur saat melakukan labuhan sesaji, dalang Ki Timbul Cermo Manggolo, juru kunci Gunung Merapi, Marijan dan Ketua Panitia Ruwatan Bumi Nusantara, Agus Wiyarto.
Menurut Agus Wiyarto, Ruwatan Bumi Nusantara ini diisi pula dengan pergelaran wayang kulit yang pada siang tadi menampilkan dalang Ki Timbul Cermo Manggolo dengan lakon Purwokolo.
Selesai orasi budaya, acara dilanjutkan juga dengan pentas wayang kulit. Dalang Ki Timbul Cermo Manggolo mengambil cerita Rahwana Gugur. Lakon ini menceritakan tentang Prabu Rahwana yang sakti dan sulit dikalahkan. Namun dia memiliki watak angkara murka yang akhirnya dapat dikalahkan oleh manusia kera Prabu Hanoman.
Pesan yang ingin disampaikan dalam cerita ini adalah, angkara murka di muka bumi ini bisa dimusnahkan dan bangsa diharapkan dapat mengatasi krisis yang tengah dihadapi hingga saat ini. (ant/mkf)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
4
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
5
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
6
Doa Istikharah agar Dapat Jodoh yang Terbaik
Terkini
Lihat Semua