Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bisa terus eksis selama ini tak jauh dari peran NU yang terus memberi dukungan. Karena itu, sebenarnya negara tak akan rugi jika membiayai NU.
Demikian dikatakan KH Hasyim Muzadi dalam Seminar Internasional Budaya Islam Nusantara-Tiongkok yang diselenggarakan oleh PBNU bekerjasama dengan Indonesian Marketing Association (IMA) di Jakarta, Rabu (28/5).<>
“Pemerintah memberi uang pada organisasi lain karena takut diganggu, sementara NU yang tenang-tenang aja tak dikasih apa-apa,” katanya.
Hadir sebagai pembicara adalah Amr Zhang Guangling, wakil sekjen The China Islamic Association, Esa Gao Zhanfu, wakil ketua The China Islamic Institute, Prof Dr Ikhsan Tanggok dan Prof Dr Komaruddin Hidayat.
Dalam kesempatan tersebut, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini juga menegaskan bahwa NU tak setuju dengan formalisasi agama. Bagi NU, nilai dan substansi menjadi lebih penting.
Sebagian UU memang mengatur tentang syariat dalam Islam, seperti UU Zakat, namun formalisasi seperti ini tidaklah cukup. “Yang paling penting bagaimana kita mampu mewujudkan orang-orang yang bisa berzakat, ini pekerjaan yang luar biasa berat dan butuh waktu lama,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut Amr Zhang menjelaskan Islam masuk ke Tiongkok lebih dari 1350 tahun yang lalu melalui “jalur sutera” Kaum muslim mencari negara besar di Timur sebagai tempat hidup dan berkembangnya agama Islam. Agama baru ini kemudian dipadukan dengan kehidupan sosial setempat. Para penyebar Islam awal adalah para pedagang Arab, Persia dan utusannya yang juga koloni kepercayaan yang penting.
Sejumlah masjid kuno di wilayah pesisir laut seperti Huanshengsi (Majid Ridud Nabi) di Guangzhou, Xianhesi (Masjid Bangau Putih di Yangzhou dan lainnya adalah bukti sejarah perpauan antara budaya Islam dan kebudayaan tradisional.
Sementara itu Esa Gao menjelaskan, sejarah perkembangan Islam di Tiongkok bisa dibagi dalam tujuh periode, dari dinasti Tang sebagai periode awal sampai dengan masa Republik Rakyat Tiongkok saat ini. Sampai saat ini sudah berkembang 10 suku minoritas dengan 21 juta penganut agama Islam. Komunitas suku Hui Ningxia merupakan pemeluk muslim terbesar dengan jumlah penganut 10,706 juta jiwa.
The China Islamic Association atau Asosiasi Islam Tiongkok didirikan 11 Mei 1953 untuk membantu memperkuat hubungan diantara sesame muslim. Saat ini di seluruh Tiongkok terdapat lebih dari 35.000 masjid, 43.000 iamam, 10 institut agama Islam, ratusan sekolah untuk belajar bahasa arab dan kebudayaan Islam.
Asosiasi Muslim Tiongkok juga telah berkembang sampai ke daerah-daerah untuk membantu melancarkan kegiatan pelayanan bagi muslim di suku-suku minoritas. Masyarakat muslim Tiongkok saat ini sedang menuju harmonisasi dan kemakmuran dan menghubungkan perkembangan dirinya menjadi satu dengan negara. Muslim Tiongkok juga menyadari akan “cinta negara dan cinta agama” adalah hubungan yang saling tergantung dan tak dapat dipisahkan. (mkf)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Gus Ulil Resmikan Kampung Bakti NU Kalimanggis di Jatisampurna Bekasi
2
Resmi Dimulai, PBNU Luncurkan Digdaya Persuratan untuk Tingkat PCNU
3
Pola Pengasuhan ala Gus Dur-Nyai Sinta: Suami Istri Saling Menghargai, Orang Tua Hindari Memerintah Anak
4
Tadarus Al-Qur'an dan Sedekah, Amalan Orang Saleh di Bulan Syaban
5
Bagaimana Cara Membangun Keluarga Maslahat? Ini Fondasi, Pilar, dan Atapnya
6
Keluarga Maslahat ala KH Bisri Syansuri (2): Merintis Pesantren Putri Pertama di Indonesia Bersama Istri
Terkini
Lihat Semua