Warta KEDATANGAN OBAMA

Kang Said: Kemitraan Indonesia-AS Harus Setara

Selasa, 9 November 2010 | 12:21 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan bahwa kehadiran Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama di Indonesia cukup penting. Karena banyak hal akan bisa dibicarakan dalam situasi nostalgik bagi Obama. “Saya yakin, sebagai orang yang pernah tinggal di Indonesia, tentu Obama cukup banyak mengerti Indonesia,” ujar Kang Said melalui pesan singkatnya kepada NU Online, (9/11).

Obama sendiri menulis dalam autobiografi berjudul Dreams from My Father yang ia susun saat memimpin jurnal hukum Harvard Law Review. Dalam buku itu, Obama menyukuri pengalaman hidupnya di Indonesia sebagai sebuah petualangan panjang dan karunia bagi kehidupan seorang anak kecil.
>
“Tentu saja, ini adalah ungkapan nostalgik, namun lebih dari itu, Obama kecil banyak belajar membangun empati dan kepekaan terhadap sesama dari kenyataan hidup masyarakat Indonesia,” tambah Kang Said.

Salah satu poin berharga dari Obama adalah kesanggupannya mengolah asal-usul identitasnya yang beranekarupa. Keanekarupaan yang dalam konteks AS kerap distigmatisasi secara derogatif dengan istilah “tragedi mulato”. Dalam darah dan genetiknya, Obama ialah pribadi yang menyandang sekian banyak ras dan atribut budaya.

“Karenanya, menurut saya, keberhasilan Obama menjadi Presiden AS ialah bukan hanya prestasi demokrasi, namun ialah prestasi kemanusiaan. Dalam konteks Indonesia, kita memiliki segenap unsur dan khazanah lokal yang sangat kaya untuk merumuskan keindonesiaan yang menyadari kebhinekaannya. Ini bukan upaya mudah, namun tidak mustahil selama kita dengan serius dan rendah hati bersedia mengupayakannya,” jelas Kang Said.

Ia berharap kedatangan Obama kali ini bisa meningkatkan hubungan Indonesia-AS dalam hubungan kemitraan yang setara. Orientasi yang perlu untuk selalu ditekankan adalah orientasi kemaslahatan bagi rakyat.

Keberhasilan hubungan kedua negara sangat berpengaruh bukan hanya untuk Indonesia atau AS, namun juga bagi iklim dialog dunia internasional. “Jika hubungan kemitraan yang baik bisa terwujud, fenomena Obama akan sesuai dengan namanya sendiri: barack, barokah, berkah,” ujar Kang Said. (bil)