Warta

Kemajemukan Merupakan Faktor Penguat Kebangsaan

Rabu, 21 Mei 2008 | 13:13 WIB

Jakarta, NU Online
Negara dan bangsa Indonesia didirikan di atas pilar kemajemukan, baik dari segi budaya, etnis dan juga agama. Kesadaran tentang adanya kemajemukan tersebut selama ini telah menjadi perekat kehidupan kebangsaan. Kemajemukan yang ada selayaknya bukan menjadi faktor pemecah, tetapi harus menjadi faktor penguat kehidupan kebangsaan.

Demikian dikemukakan oleh Ketua Umum Mejelis Ulama Indonesia (MUI) KH Sahal Mahfudh dalam pertemuan besar umat beragama di Indonesia tahun 2008 yang diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta, Rabu (21/5).<>

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, kearifan masyarakat Indonesia dalam menenggang perbedaan agama mulai menunjukkan gejala menurun. “Masyarakat kita yang dulunya secara tradisional telah mempunyai mekanisme dalam meredam potensi konflik antara umat beragama, pada beberapa tahun terakhir, budaya tersebut terasa mulai menghilang,” katanya.

Rais Aam PBNU ini menuturkan, konflik harisontal yang bernuansa agama ini sebenarnya bukan disebabkan oleh faktor perbedaan agama, tetapi dipantik faktor luar agama yang menyeret sentimen keagamaan dalam pusaran konflik.

“Ini menunjukkan bahwa ranah perbedaan agama pada tahun-tahun terakhir ini menjadi masalah yang sangat sensitif dan berpotensi meletupnya konflik horizontal di tingkat masyarakat akar rumput,” ujarnya.

Karena itu, majelis-majelis agama menganggap penting dibangunnya dialog antar pemeluk agama yang berkelanjutan dan didasari sikap jujur dan “tiada dusta diantara kita”. Dengan dialog tersebut, diharapkan ganjalan-ganjalan yang selama ini dipendam oleh antar pemeluk agama dapat terurai dengan penuh kedamaian.

“Sebagai bangsa, kita harus mencari jalan keluar dari masalah ini. Bangsa ini tidak akan menjadi bangsa yang besar jika selalu disibukkan dengan konflik horizontal yang merembet ke isu konflik antar agama,” tandasnya. (mkf)