Warta

Kerusakan Umat Disebabkan Kerusakan Ulama

Senin, 20 Desember 2010 | 07:01 WIB

Kediri, NU Online
Majlis Muwashalah Baina Ulama wal Muslimin Mataraman kembali menggelar Tabligh Akbar dengan mendatangkan ulama dari Yaman, Habib Abdurahman bin Ali bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Pimpinan Jami’ah Rubat Shafa Sana’a Yaman, di Aula Muktamar Lirboyo, Kediri, Sabtu (18/12).

Tabligh Akbar yang digelar selama sehari semalam tersebut dipadati puluhan ribu santri dan masyarakat. Selain Habib Abdurahman, tak kurang dari lima habib secara bergantian memberikan mauidlah hasanah. Antara lain, Habib Ubaidillah al-Habsyi, Habib Jamal Baaqil, dan Habib Sholeh al-Jupri. Di tengah-tengah acara juga dibuka dialog terbuka antara santri dan masyarakat bersama Habib Abdurahman.
/>
Habib Abdurahman ketika ditemui NU Online mengatakan, “Tantangan yang dihadapi umat Islam semakin besar. Ulama harus bersatu dan menjalankan fungsinya dengan baik. Terpecahnya ulama akan menyebabkan pecahnya umat. Rusaknya ulama akan menyebabkan rusaknya umat,” demikian kata Habib Abdurahman di sela-sela acara. 

Ketika ditanya definisi dan peran ulama, Habib Abdurahman mengatakan, ulama adalah pengemban cahaya kenabian. Seseorang dapat dikatakan sebagai ulama jika mengamalkan ilmunya. “Kalau tidak ada ulama yang mengamalkan ilmunya, maka Allah tidak memiliki wali di muka bumi. Mengamalkan ilmu, menyucikan jiwa dan berdakwah adalah media untuk mendekatkan diri dengan Allah,” katanya.

Lebih jauh, Habib mengatakan, kedalaman ilmu seorang ulama dapat dilihat seberapa besar takutnya kepada Allah, bukan seseorang yang hanya pandai berbicara atau berdebat. “Jika pengetahuan agama yang dimiliki sesesorang membawa madlarat kepada umat, maka pengetahuan seseorang di luar agama yang membawa manfaat kepada umat jauh lebih baik,” kata Habib.

Ketua Panitia Majlis Muwashalah Baina Ulama wal Muslimin wal Habaib, KH. Athoillah mengatakan, Majlis Muwashalah baru didirikan pada tahun 2005 atas gagasan Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz (Yaman). Majlis ini selain berfungsi sebagai media untuk meningkatkan persatuan ulama, juga sebagai platform ulama membincangkan isu-isu terkini yang melanda umat Islam sekaligus mencari jalan keluar terbaik. “Misi utama Majlis Muwashalah adalah tarbiyah (pendidikan), dakwah, dan tazkiyatun nafsi (pensucian jiwa),” katanya.

Dalam waktu dekat, Majlis Muwashalah juga akan membuka perguruan tinggi di Indonesia. Dalam perguruan tinggi tersebut, rencananya mahasiswa akan menjalani pendidikan di Indonesia selama dua tahun dan selebihnya dilanjutkan di Yaman. Mahasiswa yang berhasil lulus akan mendapat gelar LC. (nam)