Warta

Libya Tawarkan Pangkalan Militer untuk Rusia

Sabtu, 1 November 2008 | 06:42 WIB

Moskwa, NU Online
Pemimpin Libya Moammar Khadafi menawari Rusia untuk membuka pangkalan Angkatan Laut di negerinya guna mengimbangi kepentingan AS di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Hal itu akan disampaikan Khadafi pada kunjungannya di Rusia. Pemimpin Libya itu tiba di Moskwa Jumat kemarin untuk kunjungan hingga Minggu (2/11).<>

Surat kabar bisnis harian Kommersant, mengutip sumber yang terlibat dalam persiapan kunjungan ini, menyebutkan bahwa Khadafi membawa berita baik dalam kunjungannya ini. Dia akan menjawab kekecewaan Kremlin atas ketiadaan kesepakatan di antara kedua negara setelah sanksi terhadap Libya dicabut.

”Dalam pembicaraan nanti, Sang Kolonel bermaksud mengangkat isu mengenai pembukaan sebuah pangkalan bagi Angkatan Laut Rusia di pelabuhan Libya, Benghazi,” tulis surat kabar itu.

Sejalan dengan rencana Pemimpin Libya, tulis Kommersant, kehadiran militer Rusia akan menjadi jaminan tidak akan adanya agresi dari AS. Hubungan AS dan Libya sebenarnya semakin membaik dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice ke Libya awal September.

Kunjungan Rice ini yang pertama dilakukan seorang menteri luar negeri AS dalam 55 tahun terakhir ke Libya. Kunjungan yang dikenal dengan diplomasi ”dapur”.

Kunjungan Khadafi ke Rusia adalah kunjungan pertamanya sejak tahun 1985 dan merupakan balasan atas kunjungan Presiden Vladimir Putin pada April lalu. Dalam kunjungan pemimpin Rusia itu, Moskwa sepakat menunda pembayaran miliaran dollar AS utang Libya peninggalan masa Uni Soviet, dengan imbalan kontrak-kontrak besar dengan perusahaan-perusahaan Rusia.

Perjanjian itu juga mencakup janji Tripoli untuk membeli persenjataan dari Moskwa. Akan tetapi, sejauh ini Libya belum memenuhinya.

Rusia juga kecewa terhadap Libya yang kaya gas karena negara itu menolak bergabung dalam organisasi negara-negara penghasil gas. Qatar juga menolak bergabung.

Kantor berita Rusia, RIA Novosti, melaporkan, pengiriman sistem pertahanan udara Rusia, pesawat-pesawat tempur dan kapal perang, juga akan menjadi topik pembicaraan Khadafi selama di Moskwa.

”Rusia dan Libya mempunyai sejarah panjang kerja sama sangat erat (di bidang militer). Kami akan menaruh perhatian pada modernisasi persenjataan eks Uni Soviet yang telah dikirimkan ke Libya,” kata Mikhail Dmitriyev, Kepala Badan Federal untuk Kerja Sama Teknik-Militer.

Dia menambahkan, di antara berbagai sistem persenjataan yang baru, Libya tertarik membeli sistem pertahanan udara, pesawat tempur dan kapal perang. (kcm)