Warta JELANG MUKTAMAR

Mbah Muchit Inginkan Hasyim Tetap Aktif di PBNU

Rabu, 4 November 2009 | 05:27 WIB

Jember, NU Online
Mustasyar PBNU Kiai Muchit Muzadi memastikan KH Hasyim Muzadi tidak akan maju lagi dalam pemilihan ketua umum PBNU pada muktamar mendatang. Menurutnya, masih banyak tokoh lain yang perlu diberi kesempatan untuk memimpin NU. Ia juga menilai dua periode sudah cukup bagi Kiai Hasyim dalam menahkodai NU.

Kendati demikian, Mbah Muchit sapaan akrabnya berharap agar kelak adiknya masih masuk dalam kepengurusan baru hasil muktamar, sebagai pengurus biasa saja. “Intinya Hasyim, jangan sampai meninggalkan NU, dan jangan sampai ditinggal oleh NU,” tukas Mbah Muchit di kediamannya, Jember, Rabu pagi (4/11).<>

Mbah Muchit menambahkan, seseorang yang pernah menjadi ketua umum, tidak ada salahnya kalau akhirnya menjadi pengurus biasa. Itu bahkan bisa menjadi contoh yang baik dalam struktur kepengurusan NU. Yang penting, katanya, mengabdi di NU tidak harus menjadi ketua, menjadi pengurus biasa, bahkan warga NU biasapun bisa berbuat sesuatu untuk kepentingan NU.

“Kalau asalnya jadi raja, lalu kemudian jadi punakawan, tidak maslaah. Yang peting pengabdiannya kepada umat,” sindirnya.

Kakak kandung Kiai Hasyim itu juga mengakui akhir-akhir ini dirinya kerap didatangi beberapa tokoh NU untuk minta restu sebagai bakal calon ketua NU dalam muktamar mendatang.

“Ya ada beberapa yang datang kepada saya untuk memberi tahu bahwa dia mau maju (mencalonkan diri),” tukas Kiai Muchit tanpa menyebut siapa saja yang telah menemuinya.

Dalam pandangan Kiai Muchit, siapa pun sah-sah saja maju sebagai calon ketua NU, asalkan mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Namun, lanjut Mbah Muchit, ada satu hal yang tidak boleh ditawar-tawar bagi orang yang mau mencalonkan diri sebagai ketua NU, yaitu komitmennya untuk menjaga tegak dan lestarinya faham Ahlusunnah wal jama’ah.

Seperti diketahui, saat ini ada beberapa nama yang muncul ke permukaan untuk tampil dalam bursa kandidat ketua umum PBNU yakni KH Said Aqil Siraj, KH Masdar F. Mas’udi, H Abbas Muin, Gus Sholah dan Ahmad Bagja. (ary)