Warta JELANG MUKTAMAR

Model Penunjukan Ketua Umum oleh Rais Aam Miliki Potensi Like and Dislike

Kamis, 5 November 2009 | 08:15 WIB

Jakarta, NU Online
Wacana pemilihan ketua umum PBNU dengan menggunakan model ahlul halli wal aqdi atau penunjukan oleh rais aam PBNU terpilih bisa menimbulkan potensi penunjukan yang didasarkan pada like and dislike atau suka dan tak suka, bukan atas kinerja dan kemampuannya untuk memimpin.

Pernyataan ini dikemukakan oleh Ketua PBNU HM Rozy Munir menanggapi adanya usulan ini yang dikemukakan oleh sejumlah kalangan.<>

“Sudah menjadi kebiasaan dan budaya ketua umum PBNU dipilih sehingga seluruh calon yang masuk harus menyiapkan diri untuk dipilih, bukan ditunjuk,” katanya.

Peran rais aam, yang biasanya dipilih terlebih dahulu sebelum pemilihan ketua umum PBNU, adalah memberikan restu dan kesediaannya untuk bekerjasama pada nama-nama calon yang layak untuk memimpin NU. Para calon yang akan maju diantaranya harus memenuhi jumlah minimal dukungan dari cabang. Pada tahun 2004, calon ketua umum yang berhak maju disyaratkan memiliki dukungan dari 99 cabang.

“Pemilihan langsung menunjukkan adanya persaingan yang sehat diantara kandidat. Kalau dengan penunjukan, belum apa-apa kok sudah ditunjuk,” jelasnya.

Rozy menuturkan, bukan berarti ia meragukan integritas dari rais aam terpilih, tetapi rais aam tetaplah manusia yang mungkin secara pribadi memiliki faktor suka dan tidak suka pada calon tertentu.

“Ini juga mendorong warga NU untuk belajar berdemokrasi, apalagi ada ketentuan dukungan minimal, sehingga ada tanggung jawab,” tambahnya.

Visi-Misi Rais Aam

Rozy Munir juga menuturkan perlu adanya penyampaian visi dan misi dari calon rais aam karena selama ini, rais aam hanya dipilih berdasarkan kemampuan ilmu agamanya, namun, para pemilih yang terdiri dari wilayah dan cabang belum mengetahui dengan jelas visi misinya jika menjadi pemimpin tertinggi NU.

“Organisasi NU akan menghadapi berbagai masalah dan tantangan, jika pandangannya berbeda, tentu arah kebijakannya juga akan berbeda,” tandasnya.

Ia juga menyatakan harapannya agar salah satu kriteria rais aam adalah memiliki kesehatan yang prima sehingga mampu mengelola organisasi sebesar NU ini. (mkf)