Warta

Museum NU di Surabaya Diresmikan

Jumat, 26 November 2004 | 02:55 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Surabaya, Kamis malam, membuka Museum NU yang terletak di Jalan Gayungsari, Surabaya atau di dekat gedung Astranawa PKB Jatim.

Menurut cucu pendiri NU Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari itu, pendirian Museum NU itu dilatarbelakangi usulannya kepada Cak Anam untuk menyelamatkan dua gedung bersejarah yakni gedung PBNU di Jalan Bubutan Surabaya yang merupakan tempat lahirnya Resolusi Jihad.

<>

"Satu lagi adalah gedung MBODT atau Markaz Besar Oelama Djawa Timur yang merupakan pusat logistik untuk para pejuang saat melawan penjajah dengan komandan KH Wahab Chasbullah (Katib Aam Syuriah PBNU saat itu)," katanya.

Namun, kata mantan Presiden ke-4 RI itu, usulan untuk membeli gedung bersejarah bagi NU dan bangsa Indonesia itu akhirnya berkembang dengan rencana pendirian Museum NU.

Ia menilai Museum NU memiliki nilai penting sebagai tempat studi terhadap NU dengan bahan-bahan yang terkumpul serta menunjukkan beragam pemikiran NU tentang berbagai hal yang bukan hanya politik semata.

"Tapi, saya juga mengusulkan agar Museum NU jangan hanya berisi barang, melainkan ada tempat kosong untuk berdiskusi secara bebas tetang NU, misalnya kebesaran NU yang terjaga karena NU menghormati budaya lokal, bukan semuanya diharamkan," katanya.

Dalam pembukaan yang dihadiri putra pendiri NU Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari (yakni KH Yusuf Hasyim (pamanda Gus Dur) itu, Gus Dur juga mengharapkan panitia Museum NU mencari majalah "Soeara NU" edisi perdana.

"Majalah itu penting karena berisi perbedaan pendapat antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah serta KH Maskumambang tentang hukum beduk dan kentongan sebagai pertanda panggilan untuk salat. Hal itu penting untuk menunjukkan bahwa perbedaan pendapat di NU sudah biasa tapi tetap menjalin silaturrahmi," katanya.

Dalam pembukaan itu, Gus Dur menandai dengan penandatanganan prasasti tentang pembukaan Museum NU, namun panitia juga menyediakan satu prasasti untuk peresmian Museum NU yang akan ditandatangani Rois Aam Syuriah PBNU KHA Sahal Mahfudh di pembukaan Muktamar ke-31 NU di Boyolali, Solo, Jateng pada 28 Nopember.

Museum NU itu terdiri atas tiga lantai yakni lantai pertama untuk menyimpan benda-benda pusaka dan warisan para ulama serta berbagai produk unggulan dari badan otonom NU seperti Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, dan IPPNU.

Lantai dua untuk penyimpanan dokumen NU, baik berupa dokumen pendirian NU dan perkembangannya dari periode ke periode maupun buku-buku tentang NU yang ditulis para ulama dan tokoh NU. Lantai tiga untuk perpustakaan dan ruang diskusi.

"Dokumen bersejarah yang kami miliki antara lain surat Raja Saudi tentang Komite Hijaz, Statuta Pendirian NU pada tahun 1926, naskah Resolusi Jihad, baju anggota Banser Ahmad Riyanto yang terkena bom saat pengamanan gereja pada malam Natal 2000 di Mojokerto, tongkat KH Wahab Chasbullah, dan banyak lagi," kata Sekretaris Museum NU, Drs H Muhibbin MA.(an/mkf)