Pemilihan Gubernur Jateng tinggal menghitung hari. Beberapa kandidat dengan gencar menebar pesona. Tak terkecuali pada warga Muslimat di Kab. Brebes, berbagai bunga-bunga harumpun ditebarkan oleh masing-masing kandidat.
Dengan berbagai tawaran yang manis, terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi dihembuskan. Namun bagi Ketua PC Muslimat NU Kab. Brebes Dra. Hj. Chulasoh, menyikapi fenomena tersebut dipandangnya sebagai hal yang lumrah.<>
“Saya yakin, warga Muslimat NU tidak terkecoh dengan trik-trik para kandidat dan Tim suksesnya. Warga Muslimat khususnya, sudah bisa membaca dengan cerdas dan tidak mudah dibohongi,” ungkap Chulasoh saat ditemui NU Online di Kantornya, Selasa (29/4) siang.
Menurut Chulasoh, tidak jadi soal, ketika menjelang Pilgub ini banyak kandidat yang mengaku sebagai orang NU dan mengklaim telah mendapat dukungan dari sekian ribu Nahdliyin termasuk juga dari kyai-kyai sepuh NU.
“Pengakuan itu, menunjukkan kalau NU itu pada hakekatnya besar baik secara kuantitas maupun kualitas, sebagai eksistensi organisasi masa terbesar dan tersebar,” tutur Chulasoh.
Dalam pilgub ini, Nahdliyin terkhusus Muslimat, dalam kaca mata Chulasoh tidak akan melihat partai pengusung. “Dalam Pilgub langsung, yang dilihat adalah figur bukan partainya. Dan yang lebih penting, seberapa besar kemanfaatannya bagi Warga Muslimat secara Mikro maupun Makro?,” tutur Chulasoh.
Dia menilai dengan banyaknya kader NU yang ikut berkiprah dalam Pilgub dan diusung tidak hanya oleh satu partai saja, menunjukan kalau demokratisasi di NU tumbuh subur dan dinamis.
“Disinilah bukti tidak adanya pengekangan demokratisasi. Meskipun, terkesan NU terpecah-pecah dan seakan mudah diombang-ambingkan. Tapi itulah dinamika NU, indahnya NU,” puji Chulasoh yang juga Kepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapendais) Kantor Depag Kab. Brebes itu.
Sejauh ini, Chulasoh selaku Ketua PC Muslimat mengaku soal pilihan menyerahkan sepenuhnya pada naluri anggota. “Buat apa kami ikut-ikutan menggiring kalau ternyata yang digiring tidak berkehendak dan yang ditujupun ternyata hanya menipu. Artinya, bisa saja kita cuma dimanfaatkan. Sekarang memang belum terlihat tapi bisa kelihatan belangnya kalau sudah selesai perhelatan. Kami tidak ingin hanya isap jempol dan gigit jari akibat kekecewaan karena terlalu berharap banyak pada calon. Sudah jadi rahasia umum, kalau dunia politik itu, janji tinggal janji. Dan sikap Muslimat NU itu tidak mendukung salah satu calonpun alias netral. Dan itu adalah sikap politik terbaik. Makanya dipersilahkan kepada para Calon, bagaimana bisa merangkul warga kami asal tidak dibodohi,” pungkasnya. (was)
Terpopuler
1
Menag Nasaruddin Umar akan Wajibkan Pramuka di Madrasah dan Pesantren
2
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
3
Kiai Ubaid Ingatkan Gusdurian untuk Pegang Teguh dan Perjuangkan Warisan Gus Dur
4
Pilkada Serentak 2024: Dinamika Polarisasi dan Tantangan Memilih Pemimpin Lokal
5
Dikukuhkan sebagai Guru Besar UI, Pengurus LKNU Jabarkan Filosofi Dan Praktik Gizi Kesehatan Masyarakat
6
Habib Husein Ja'far Sebut Gusdurian sebagai Anak Ideologis yang Jadi Amal Jariyah bagi Gus Dur
Terkini
Lihat Semua