Warta

Nadirsyah Hosen, Kader NU Jadi Pengajar di Universitas Australia

Jumat, 5 Mei 2006 | 10:31 WIB

Brisbane, NU Online
Nadirsyah Hosen, putra mantan Ketua MUI KH Ibrahim Hosen (alm), adalah sedikit dari sekian banyak warga NU yang memperoleh kesempatan menjadi peneliti dan pengajar di beberapa universitas ternama di Australia. Beberapa waktu lalu, Ketua Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCI-NU ANZ) ini diterima menjadi salah satu peneliti dan pengajar di Brisbane. Ia dipercaya oleh Dr Mohammad Abdalla, Direktur Griffith Islamic Research Unit (GURU) untuk memperkuat jajaran peneliti di lembaganya yang konsen mengembangkan ide-ide Islam moderat di Australia.

Selain menjadi pengajar dan peneliti di lembaga riset ini, Ketua Syuriah PCI-NU ANZ yang juga dosen di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini masih tercatat sebagai fellow research di Universitas Queensland, Australia dan juga Dosen Luar Biasa untuk mata kuliah Hukum Islam di Wolonggong University, New South Wales.

<>

Peraih 2 gelar doktor dari National University of Singapore dan Wolonggong ini mengaku, kesempatan ini adalah kesempatan langka dan patut disyukuri bersama selaku kader NU, mengingat tidak banyak kader muda NU yang memiliki kesempatan mengajar di universitas-universitas Barat. Karena itu, dia mengharapkan bahwa keberadaan PCI-NU di beberapa negara bisa menjadi jembatan bagi kader NU untuk dapat berkiprah di bidang akademik secara internasional.

Menanggapi ucapan selamat dari beberapa sahabat di milis NU International Network, Nadirsyah menjawab dengan jawaban khas santri NU. “Subhaanaka Laa ‘Ilma Lana Illa Ma allamtana. Saya sendiri Alhamdulillah ditakdirkan oleh Allah dapat meraih dua gelar master, dua gelar doktor, yang belum ditakdirkan adalah mempunyai dua istri,” candanya.

Di lembaga riset baru tersebut, Nadirsyah juga dipercaya untuk menyeleksi calon-calon mahasiswa baik dari Indonesia maupun dari negara lain untuk memperoleh beasiswa program master dan doktor untuk melakukan penelitian tentang Islam moderat di Australia. Menurutnya, kesempatan ini harus dimanfaatkan oleh kader-kader muda NU yang ingin memperoleh beasiswa kuliah S-2 maupun S-3 di Australia.

Sebagaimana diketahui, lembaga yang didirikan dua tahun lalu ini banyak menawarkan scholarship (beasiswa) seperti, beasiswa Karima al-Marwaziyya PhD, beasiswa Ibn al-Shatir PhD, beasiswa Ibn Khaldun PhD.

Perkenalan Nadirsyah dengan lembaga riset GURU ini berawal dari kunjungan Dr Abdalla ke Kedutaan Besar RI di Canberra tahun lalu. Ditemui Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Abdalla menginginkan adanya kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan wawasan Islam moderat di Australia dengan memberi beasiswa kepada mahasiswa asal Indonesia untuk belajar di Australia.

Wakil Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI, Sahbudi Muhartu M.Hum kemudian menawarkan kesempatan ini kepada PCI-NU ANZ yang baru didirikan beberapa bulan di Australia. Arif Zamhari, Ketua Tanfidziyah PCI-NU ANZ, yang dihubungi wakil atase kemudian menindaklanjuti tawaran ini dengan menghubungi Ketua Syuriah PCI-NU ANZ untuk menghubungi Dr Abdalla yang kebetulan berdomisili di Brisbane. (azh)

Kontributor NU Online di Australia: Arif Zamhari