Warta JELANG MUKTAMAR

Nahdliyin Diingatkan Bahaya Wahabi

Sabtu, 30 Januari 2010 | 13:16 WIB

Cirebon, NU Online
Warga NU (Nahdliyin) diingatkan kembali akan bahaya paham Wahabi yang ingin menggerus adat dan tradisi umat Islam yang telah berkembang di Nusantara. Bahkan salah satu spirit didirikannya organisasi NU adalah untuk menghalau perkembangan paham ini.

Demikian mengemuka dalam “Diskusi Wahabi Vs Pribumisasi Islam” yang di gelar di sela pelaksanaan kegiatan Bahtsul Masail Pra Muktamar ke-32 NU yang diadakan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Acara juga diadakan dalam rangka memperingati Hari lahir (Harlah) NU ke-84.<>

Nur Kholis Suhaimi, Pengajar di Pesantren Al-manar, Cinere, Depok, mengkritik keras paham Wahabi yang anti tradisi, dan suka menyalahkan ibadah kelompok lain. Sikap ini dinilai tidak sesuai dengan konsep Islam yang menerima perbedaan pendapat dan keberagaman firqoh (aliran).

Di hadapan para kader NU dari Cirebon, Inderamayu dan Majalengka, ia mengingatkan, Wahabi berkembang kembali dengan sangat pesat di Indonesia karena didukung oleh salah satu partai Islam di Indonesia.

Hakim as-Sofyani, Dosen UIN Jakarta yang berasal dari Yaman juga mengkritik keras kelompok Wahabi suka membid’ahkan atau menganggap sesat kelompok Islam yang lain. Sementara mereka justru bersahabat dengan Amerika dan Israel.

“Mereka selalu membidahkan kelompok Islam lainnya. Tetapi justru mereka yang mengizinkan Amerika menyerang Irak. Saya ingin tahu apakah Wahabi tak pernah mengkritik AS dan Israel? Tidak pernah,” katanya.

Pembicara lainnya Marzuki Wahid, direktur eksekutif Fahmina Institut mengatakan, agama tidak bertentangan dengan budaya masyarakat setempat. Menurutnya, Islam adalah agama universal untuk semua manusia di seluruh penjuru dunia.

“Kesempurnaan Islam adalah nilai-nilai yang digariskannya, dan bisa diterapkan dalam setiap tradisi masyarakat setempat,” katanya mengutip pendapat Gus Dur. (nam)