Warta Geliat NU di Luar Negeri

NU Mesir, dari KMNU Jadi PCI NU (1)

Jumat, 10 Maret 2006 | 14:45 WIB

Di usainya yang telah menginjak ke-80, Nahdlatul Ulama (NU), gaunganya tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Ini membuktikan, bahwa NU benar-benar diterima oleh masyarakat dunia. Satu persatu, Pengurus Cabang Istimewa-Nahdlatul Ulama (PCI-NU) didirikan oleh kader NU yang berada di luar negeri. Salah satu PCI yang telah berdiri dan kini berkembang pesat adalah PCI-NU Mesir. Lantas, bagaimana kisah berdirinya?

Ahmad Millah Hasan, Jakarta

<>

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi pernah mengatakan, bahwa NU saat ini memasuki perkembangan baru dengan banyaknya kader-kader NU di luar negeri yang mendirikan PCI-NU. Hingga saat ini, jumlah PCI yang berdiri telah mencapai angka 14. Kesemuanya tersebar di benua Asia, Eropa, Afrika dan Australia.

Salah satu NU di luar negeri yang saat ini telah berkembang pesat adalah PCI-NU Mesir. Bermodal pengurus dan anggota yang mayoritas para mahasiswa di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, PCI-NU Mesir kemajuannya layak disejajarkan dengan Pengurus Cabang (PC) di Indoensia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kegiatan yang diselenggarakan.

PCI-NU Mesir berdiri berawal dari Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Saat itu, delegasi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Mesir datang dengan mengusung opini tentang urgensi hubungan struktural PBNU dengan perwakilan yang ada di luar negeri. ”Perjuangan KMNU menjadi PCI, ya, berawal dari Muktamar Lirboyo itu,” kata Sekretaris PCI NU Muhammad Ulin Nuha.

Saat itu, belum ada ketentuan yang mengatur keberadaan cabang struktural NU di luar negeri, sebagaimana penerapan ketentuan yang berlaku untuk cabang biasa tidak dengan serta merta dapat diterapkan kepada cabang di luar negeri itu. Jika tidak demikian, tidak ada satu pun yang bisa memenuhi syarat. Oleh sebab itu, KMNU Mesir bahu-membahu dengan delegasi luar negeri lainnya untuk menyuarakan aspirasi dibentuknya ikatan struktural antara PBNU di Jakarta dengan semua perwakilan NU di luar negeri.

Maka, pada Muktamar di Kediri itu pun diajukan rekomendasi pembentukan Pengurus Cabang Istimewa NU di luar negeri. Gayung bersambut, usulan itu disetujui peserta muktamar. Hingga akhirnya, PCI-NU Mesir diresmikan oleh KH Musthofa Bisyri (salah seorang Rais Syuriah PBNU) pada tanggal 20 Januari 2000. Alhasil, NU di Mesir pun bisa disebut sebagai salah satu dari 12 cabang istimewa NU yang berada di luar negeri.

Menurut Ulin—sapaan akrab Muhammad Ulin Nuha--, perubahan nama dan status dari KMNU menjadi PCI, membuat NU Mesir sibuk menata diri untuk mengikuti aturan-aturan yang ditentukan PBNU, sebagai konsekwensi logis perubahan statusnya. Maklum, saat berwujud KMNU, setiap kegiatan tidak mengacu keapada aturan PBNU.

“Kita mengalami perubahan total. Pada saat masih KMNU, semua kegiatan kita atur sesuai dengan kondisi riil yang ada saat itu. Termasuk pengadaan dan penamaan lembaga-lembaga yang ada di bawah KMNU, juga tidak ada kaitannya sama sekali dengan PBNU maupun induk-induk lembaga, lajnah dan badan otonom di tingkat pusat,” tutur mahasiswa Universitas Al-Azhar yang juga alumni Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, Lamongan ini. (bersambung)