Warta Geliat NU di Mancanegara (8)

NU UK, dari Tahlilan Hingga Kembangkan Ternak Sapi

Rabu, 22 Maret 2006 | 06:25 WIB

Tidak berlebihan kiranya jika NU merasa bangga terhadap eksistensi dari kadernya di mancanegara, seperti Inggris. Pasalnya, mereka tidak hanya bisa sarungan saja, tapi mampu eksis di belantara Inggris sana. Dengan tetap memegang tradisi NU, mereka mampu membuktikan bahwa NU peduli terhadap masalah sosial. Lantas, apa saja yang mereka lakukan?

Kaum nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) di abad 21 ini tidak lagi diidentikan dengan kaum bersarung yang tinggal di pondok-pondok pesantren pelosok tanah air sambil mendalami kitab-kitab, kini mereka juga mengenakan pantalon dan berjas serta belajar berbagai disiplin ilmu di universitas ternama di kawasan Eropa, termasuk di Kerajaan Ratu Elizabeth, Inggris.

<>

Pepatah berguru sampai ke negeri Cina ternyata tidak cukup bagi kaum nahdliyyin, justru saat ini banyak yang menyelesaikan studi S-1 bahkan S-2 di Britania Raya, sebut saja satu di antaranya Dr Ir Lukman Musa Atmaja yang berhasil menyelesaikan pendidikannya di Birmingham atau Dr Muhammad Faqih di Newcastle, Dr Aji Hermawan di Manchester dan masih banyak lagi yang lain.

Meski mengalami perkembangan, menariknya mereka tetap mempertahankan ajaran Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang diajarkan oleh para kiai dan ulama pendiri NU terdahulu. Tradisi NU seperti tahilan, istighosah, peringatan Maulud Nabi SAW dan kegiatan khas NU lainnya tetap dijalankan, seperti layaknya NU di Indonesia.

“Jumlah kader NU di Inggris cukup banyak. Di antara kita adalah mahasiswa yang menempuh jenjang pendidikan pascasarjana di sejulah universitas ternama di Inggris, seperti di Birmingham, Newcastle dan Manchester. Kita sering melakukan perkumpulan sesuai dengan tradisi NU,” kata Agus Mulyana, pendiri PCI-NU UK.

Pada bulan Ramadlan, kegiatan PCI-NU UK lebih padat dibanding bulan-bulan lainnya. Mereka berkumpul di Masjid untuk mengisi bulan yang penuh berkah dan rahmat itu secara berjamaah. Selain itu, mereka juga menggelar buka puasa bersama di rumah tokoh-tokoh NU secara bergiliran. Suasana akrab dan damai pun tercipta dalam kegiatan tersebut. ”Karena banyak teman, kita merasa berada di negara sendiri,” ungkapnya.

Perkumpulan para kader NU di Inggris telah menghasilkan banyak hal yang bermanfaat bagi umat dan masyarakat Indonesia di tanah air. Selain membantu korban tsunami di Aceh, mereka juga menjalankan program untuk memberdayakan ekonomi warga nahdliyyin di Nias, Sumatra Utara. Untuk tahap pertama, mereka akan dibantu dengan pemberian modal berupa anak sapi. Ide dan gagasan tersebut muncul karena kesadaran mereka untuk mengabdi kepada umat.

Bantuan berupa ternak anak sapi tersebut disalurkan PCI-NU UK melalui PBNU dan PCNU Nias. “Kami sepakat untuk mengumpulkan uang dari teman-teman senilai sekitar 20 juta. Ini untuk pembelian anak sapi,” kata Pengurus PCI-NU UK, Eddyanto.

Kondisi warga NU di Nias saat ini memang sangat memprihatinkan. Sebagian besar mereka berprofesi sebagai nelayan. Dia melihat guru madrasah di sana hanya digaji kurang dari 100 ribu sebulan. Karena banyaknya guru, mereka digilir setiap tahunnya karena tak ada pembiayaannya.

PCI-NU UK sebenarnya sempat mempunyai rencana membeli kambing untuk korban bencana tsunami di Nias. Namun, berdasarkan pengalaman, termasuk yang dilakukan oleh para misionaris, program ini gagal, sehingga pengurus memutuskan untuk membelikan sapi. “Meski berupa sapi, jika bantuan tersebut dikelola secara baik tentu akan banyak membantu,” ungkap Ediyanto.

Bantuan ini sebenarya tidak ada kaitannya dengan gempa yang menimpa Nias beberapa waktu lalu. Program ini telah berjalan selama setahun pascapertemuan PCI-NU Luar Negeri di Malaysia September 2004 lalu. Program ini merupakan upaya untuk pengembangan NU Luar Jawa yang sebagian kondisinya masih memprihatinkan. (Ahmad Millah Hasan/bersambung)