Warta

Pak Ud Minta Kapolri Tindak Irjen Ansyaad Mbai

Selasa, 18 Oktober 2005 | 02:44 WIB

Surabaya, NU Online
Ulama senior Nahdlatul Ulama (NU) KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) meminta Kapolri Jenderal Pol Sutanto untuk menindak Kepala Desk Antiteror Kantor Menko Polhukam Irjen Pol Ansyaad Mbai terkait pernyataan di TEMPO edisi 16 Oktober 2005 yang mengadu domba umat Islam dengan jajaran kepolisian.

"Pernyataan di TEMPO itu memfitnah umat Islam dan mengadu domba antara umat Islam dengan alat negara yang dalam hal ini kepolisian," kata pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang itu seperti dikutip ANTARA, Senin malam (17/10).

<>

Menurut putra pendiri NU Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari itu, pernyataan yang dimaksud tercantum dalam halaman 102 yakni sekarang kita lihat saja, setiap khutbah Jumat itu 50 persen menyebarkan kebencian, itu yang harus jadi target kita, kita butuh orang yang dengerin, saya butuh orang yang lapor, nanti kita tangkap.

"Pernyataan itu sangat tendensius, karena itu Kapolri harus segera menindak anggotanya yang justru memancing permusuhan dan fitnah. Saya juga minta Menko Polhukam Jenderal TNI Widodo AS untuk memecat dia dari jabatannya," kata pamanda Gus Dur itu.

Ia menambahkan apa yang dikatakan Irjen Ansyaad Mbai itu bukan pernyataan yang pantas diungkapkan seorang perwira. "Kalau tidak ada tindakan, saya khawatir akan menjadi masalah di kemudian hari, apalagi saya dengar sejumlah ulama di Jakarta akan menyampaikan aksi protes," katanya.

Dakwah yang Ramah

Menanggapi adanya dakwah atau khutbah yang cenderung provokatif, Sekjen Lembaga Dakwah NU (LDNU), Khoirul Huda menilai karena paradigma berpikir yang dibentuk oleh tafsir yang literal akibat dangkalnya pemahaman keagamaan.

"Sekarang banyak kita lihat di televisi, di majelis-majelis taklim itu para mubaligh yang pemahaman keagamaannya banyak berasal dari buku terjemahan, mereka cenderung menghapal materi dakwahnya tanpa menguasai pemahaman kitab yang mendalam," katanya.

Jadi, cara keberagamaan yang dibentuk oleh para mubalig itu pun kehilangan "ruh". Belum lagi, kata Khoirul menjamurnya kelompok-kelompok Islam garis keras yang semakin sering menggunakan dakwah dengan cara-cara kekerasan.

Hal ini, kata lulusan Institut Ilmu Qur'an (IIQ) harus dikikis perlahan-lahan dengan cara berdakwah yang santun dan ramah. "Alhamdulilah bulan puasa ini kita (LDNU) sudah melatih 120 juru dakwah NU yang berasal dari seluruh Indonesia untuk berdakwah ala NU yang ramah dan sejuk," pungkas Khoirul Huda usai penutupan Pendidikan Mubaligh NU di gedung PBNU, Senin kemarin. (cih)

Â