Warta JELANG MUKTAMAR

PB PMII Gelar Dialog Kandidat Ketum PBNU

Jumat, 12 Maret 2010 | 07:25 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar diskusi terbuka menyambut Muktamar ke-32 NU di Makassar, dengan tema ’’Manfaat Strategis NU bagi Bangsa-Global: Di Mana Kau Bersembunyi?" pada Ahad (14/3) besok di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat. Diskusi ini akan menghadirkan para kandidat ketua umum PBNU.

Melalui muktamar ke-32 di Makassar ini PMII ingin mengembalikan ikatan sinergi secara keorganisasian dengan NU. PMII ingin mejalankan tugas memainkan peranan dalam menyiapkan dan mensuplai kebutuhan kader bagi NU.<>

”Hal ini dimaksudkan agar gerakan PMII menjadi instrumen yang menopang kerangka besar perjuangan NU secara lebih intens dan militan. Konteks sejarah independensi PMII, karena waktu itu NU memposisikan diri sebagai partai politik. Pristiwa kembali ke Khittah ’84 tentunya menjadi variabel sejarah untuk mengkoreksi pola relasi antara NU dan PMII,” demikian dalam rilis pers yang diterima NU Online.

Para kandidat yang diundang dalam diskusi ini antara lain Slamet Effendy Yusuf, Ahmad bagdja, Masdar Farid Mas’udi, Said Aqil Siradj, Ali Maschan Moesa, Salahuddin Wahid, dan Andi Jamaro Dulung.

PMII berharap gerakan NU ke depan tidak terlepas dari tradisi pergulatan intelektual dan mengurangi perhatian pada dinamika politik. Dikatakan, hasrat politik yang terlalu tinggi para pengurus NU membuat aspek kaderisasi menjadi terkesampingkan.

“Secara tidak disadari, lamat-lamat tapi pasti, persoalan politik membuat NU kehilangan peran strategisnya. NU tidak lagi menjadi faktor yang diperhitungkan. Karena itu, Muktamar ke 32 di Makassar ini harus menjadi lembaran baru, NU menampakkan eksistensinya kembali dalam mengawal dinamika perubahan yang terus saja terjadi,” kata Abdul Basir Laupe, Ketua Stering Comitte dalam acara dialog terbuka itu.

Ditambahkan, NU perlu mempertegas kembali prinsip kebangsaan, yaitu sebagai kekuatan yang memoderasi nilai-nilai luhur keagamaan dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan menghargai lokalitas dan pluralitas budaya, serta membela kedaulatan nasional.

PMII juga mendukung berbagai program NU pada spektrum global. Merujuk pada lambang bola dunia, artinya NU sejak awal meletakkan kerangka perjuangannya.

“Sebagaimana sejarah awal embrio berdirinya NU, melalui Komite Hejaz, para ulama melakukan negosiasi ke pemerintah Arab Saudi yang bermadzhab resmi Wahabi, untuk bersikap lebih moderat terhadap madzhab lain beserta ubudiyah yang dijalankan masing-masing,” kata Abdul Basir. (nam)