Warta

PBNU Tak Setuju Kekerasan Fisik FPI, juga Kekerasan Akidah Ahmadiyah

Rabu, 11 Juni 2008 | 08:51 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam setiap tindakan kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI), termasuk dalam kasus penyerangan terhadap para aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Jakarta, pada 1 Juni lalu.

Namun, organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu juga tidak setuju kekerasan dalam bentuk lain, seperti yang dilakukan Ahmadiyah, meski tak secara fisik. Paham Ahmadiyah yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad itu pun merupakan bentuk ‘kekerasan’ pada akidah Islam sesungguhnya.<>

Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi didampingi Sekretaris Jenderal PBNU Endang Turmudi kepada wartawan di kantornya, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (11/6). Turut mendampinginya pada kesempatan itu, seluruh petinggi badan otonom, lembaga dan lajnah di bawah naungan PBNU.

“NU tidak hanya mengenal kekerasan fisik, tapi juga kekerasan yang bersifat agamis atau ideologis. Misal, kita tidak setuju kekerasan fisik FPI. Tapi, kita (umat Islam) juga tidak setuju kalau ada orang mengaku nabi atau mengaku sebagai (malaikat) Jibril,” terang Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Karena itu, selain meminta Ahmadiyah agar tak lagi menyebarkan dan mendakwahkan ajarannya, Hasyim juga meminta kepada FPI untuk mengubah pola perjuangannya yang kerap diikuti aksi-aksi kekerasan. Meski mengaku memahami tujuan perjuangan FPI, namun, menurutnya, cara dan metode yang dipakai juga harus diperhatikan.

“PBNU minta FPI merenungkan kembali cara perjuangannya agar bisa diperbaiki. Sebab, dalam memperjuangkan sesuatu, tujuan dan cara, sama-sama pentingnya. Mudah-mudahan pernyataan saya ini didengar oleh Habib Riziq (Ketua FPI),” terang Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace itu. (rif)