Warta

PBNU Tegaskan Toleransi Nyata Indonesia di Amerika

Rabu, 12 Oktober 2011 | 11:51 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) seolah tak kenal lelah mengkampanyekan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama. Dalam acara 'The Eighteenth Annual International Law  and Religion Symposium' yang diselenggarakan di Brighm Young University, Utah, Amerika Serikat, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, kembali menegaskan Indonesia sudah mempraktekkan toleransi secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.

Memperoleh kesempatan sebagai pembicara utama, Kiai Said menyampaikan jika toleransi di Indonesia sudah dipraktekkan secara nyata dengan tetap berpegang kepada dasar negara, Pancasila dan UUD 1945. Masyarakat muslim dan non muslim bisa hidup berdampingan secara nyata, dengan satu dan lainnya tak segan saling menjaga.

"Pemerintah Indonesia dalam menjalankan negara meniru bagaimana Nabi Muhammad membangun negara Madinah. Toleransi dipraktekkan secara nyata,  antar pemeluk agama hidup hidup berdampingan dan saling menjaga," ungkap Kiai Said di Jakarta, Rabu, 12 Okotober 2011, mengutip apa yang disampaikannya di hadapan sekitar 70 tamu undangan dalam kegiatan tersebut. <>

Kiai Said juga memberikan contoh toleransi sudah bisa diterapkan secara nyata di Indonesia, berdasarkan apa yang diketahuinya pascaledakan bom bunuh diri di Gereja Bethel Sepenuh Indonesia (GBIS) Kepunton, beberapa saat lalu. PBNU saat itu langsung memerintahkan Barisan Sergabuna (Banser) ikut mengamankan lokasi sekitar ledakan dan Kota Solo secara keseluruhan.

"Sehari setelah ledakan saya datang ke lokasi. Saya mendapatkan pengakuan langsung dari para korban, mereka tidak menyimpan dendam kepada pelaku, siapapun mereka dan apapun latar belakakang agamanya," imbuh Kiai Said tegas.

Penegasan toleransi sudah bisa dipraktekkan secara nyata di Indonesia tidak hanya disampaikan delegasi PBNU dalam acara The Eighteenth Annual International Law  and Religion Symposium. Dalam pertemuan dengan perwakilan Pemerintah Amerika, masing-masing Special Representative for Muslim Comunity (staf ahli bidang agama Presiden Amerika Serikat   Barack Obama), Farah Pandith, Acting US for Public Democrasi Mrs. Annstock, serta Senior Staffer Capitol Hill Keith Luse dan Jonah Blank, Kiai Said juga menyampaikan hal yang sama.

"Kepada mereka saya sampaikan, demokrasi di Indonesia diwujudkan sampai pada fakta-fakta nyata, salah satunya penyusunan kabinet yang tetap memperhatikan toleransi. Saya contohkan Menteri Pertahanan RI adalah orang Kristen, Menteri Perdagangan juga Kristen, Menteri Pariwisatanya Hindu. Artinya pemeluk agama non Islam memiliki kesempatan yang sama menduduki jabatan publik," papar Kang Said, demikian Kiai Said masyhur disapa.

Tidak hanya menegaskan toleransi sudah bisa dipraktekkan secara nyata di Indonesia, sebagai tekanan balik  Kang Said mempertanyakan kepada Amerika yang belum bisa melakukan hal senada. Sejauh ini belum terdapat menteri dalam susunan kabinet Amerika Serikat yang berasal dari golongan muslim.

Penegasan praktek toleransi Indonesia ke Amerika tersebut diharapkan bisa mengurangi sentimen negatif, terutama mengenai penilaian Indonesia sebagai sarang teroris.

 

Redaktur       : Emha Nabil Haroen

Kontributor   : Samsul Hadi