Warta

PDIP Jatim Mulai Dekati NU

Ahad, 16 Oktober 2005 | 05:29 WIB

Surabaya, NU Online
Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jawa Timur, Sabtu, mulai melakukan pendekatan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur,Sabtu (15/10).

Pendekatan itu dilakukan Ketua DPD PDIP Jatim H Sirmaji yang baru terpilih pada Konferda PDIP Jatim  pada 24-25 September lalu dengan melakukan silaturrahmi ke kantor NU Jatim.

<>

Sirmaji bersama 11 fungsionaris PDIP Jatim, diantaranya Ali Mudji (wakil ketua), Djarot Syaiful H (wakil ketua), Ny Indah Kurnia (wakil ketua), dan Kusnadi (sekretaris).

Mereka diterima Ketua PWNU Jatim KH Drs Ali Maschan Moesa MSi yang didampingi enam pengurus, diantaranya H Sholeh Hayat (wakil ketua), A Wahid Asa (wakil ketua), dan H Achmad Sujono (wakil sekretaris).

"Saya sempat heran dengan saran teman-teman, kenapa Parpol seperti PDIP harus audiensi ke Ormas seperti NU, tapi saya ingat bahwa ini Jawa Timur yang jika kita memikirkan rakyat tentu akan sama," kata Sirmaji.

Menurut dia, PDIP dan NU Jatim sama-sama merawat rakyat yang sama yakni kaum Marhaen dan nahdliyyin yang sama-sama "wong cilik" atau dhuafa, karena PDIP-NU tidak salah jika bersinergis untuk memberdayakan rakyat.

"Tapi, PDIP Jatim tak ingin menjalin hubungan baik secara formal dengan NU Jatim, saya lebih suka natural dan alami, karena kalau di-formal-kan justru bukan hubungan baik," katanya.

Senada dengan itu, Ali Maschan Moesa menyatakan NU dalam muktamar Lirboyo (1999) memang memihak PKB secara implisit, tapi hasil muktamar Boyolali (2004) memposisikan NU menjadi milik semua.

"Muktamar Boyolali mengharuskan NU untuk baik dengan semua parpol, ormas, dan pemerintah. NU tidak boleh bermusuhan dengan semuanya, apalagi menjadi alat untuk bermusuhan dengan pihak lain," katanya.

Oleh karena itu, katanya, PWNU Jatim "welcome" dengan PDIP dan siapa saja. "Kalau soal politik, saya kira bergantung pada ’witing tresno jalaran soko kulino’ (cinta bergantung pada intensitas komunikasi)," katanya.

Menurut dia, masyarakat NU dan PDIP sebenarnya sudah lama memiliki hubungan sejak NU dekat dengan PNI, karena keduanya memiliki komitmen kebangsaan yang sama, bahkan NU sudah memutuskan NKRI adalah final.

"Kalau mau jujur, banyak warga PDIP yang NU, meski ada juga warga NU yang sangat PKB, warga NU yang sangat PPP. NU hanya berurusan dengan kebangsaan dan keumatan, sedang soal politik bergantung komunikasi," katanya.

Pertemuan keduanya yang penuh canda itu berlangsung sejak pukul 12.00 WIB dan berakhir pada  pukul 13.15 WIB. Dalam pertemuan itu, Ali Maschan menyerahkan hasil muktamar Boyolali kepada Sirmaj.(ant/mkf)