Warta KONGRES PMII

Peluang Semua Kandidat Masih Sama

Senin, 17 Maret 2008 | 22:07 WIB

Batam, NU Online
Kongres ke-16 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Batam, Kepulauan, Riau, memasuki hari pertama. Namun, belum muncul satu nama kandidat ketua umum Pengurus Besar PMII yang punya dukungan kuat dari pengurus cabang se-Indonesia. Masing-masing kandidat masih mempunyai peluang yang sama.

Sekretaris Jenderal PB PMII, Muhammad Rodli Kaelani, melihat peluang masing-masing kandidat masih sama. Menurutnya, dua atau tiga hari mendatang baru baru bisa diketahui figur yang mendapat dukungan kuat dari sebagian besar peserta kongres.<>

“Saya kira, peluang masih sama semua. Peserta masih mencari figur yang pas untuk memimpin PMII ke depan. Apalagi, peserta juga masih banyak yang tertahan di Jakarta,” kata Odie—begitu panggilan akrabnya—yang juga salah satu calon, di arena kongres, di Asrama Haji Batam, Senin (17/3).

Sedikitnya, ada 9 nama yang muncul dan disebut-sebut bakal mencalonkan diri sebagai ketua umum. Mereka adalah M. Rodli Kaelani (Manado), M Hasanuddin Wahid (Malang), Rouf Qusyairi (Jombang), Hadi Musa Said (Jombang), Edi Sudrajat, (Lampung), Hendro Tri Subiantoro (Jember), Abdul Hakam (Purwokerto), Wardi Taufik (Yogyakarta) dan Moh. Afifuddin (Jakarta).

Mantan Ketua Umum PB PMII, Syaiful Bahri Anshori, melihat semua kandidat layak memimpin PMII ke depan. Sebab, mereka adalah kader PMII yang memulai karir organisasi dari bawah. Yang penting, baginya, kader yang terpilih mampu membawa PMII ke depan lebih baik.

Menurutnya, perubahan yang terjadi di dunia maupun kondisi di Indonesia harus disikapi pemimpin PMII dengan merubah orientasi gerakan dan paradigmanya agar tetap bisa bertahan dan diterima kalangan mahasiswa. ”Zaman dulu dengan sekarang, kan, sudah berubah total. PMII harus tetap eksis,” katanya.

PMII, katanya, harus tetap bersikap kritis terhadap pemerintah dan banyak melakukan pendampingan kepada masyarakat. Namun, dengan adanya demokratisasi dan keterbukaan, PMII harus menyiapkan kader-kadernya agar tetap militan dengan diiringi profesionalisme.

PMII, menurutnya, juga harus memasuki ruang baru di luar basis kulturalnya di kampus-kampus berbasis agama Islam dengan membuat program yang cocok. “Kita harapkan agar kongres ini tidak bersifat politicking, tetapi apa kebutuhan PMII ke depan, lalu programnya bagaimana, baru kira-kira yang cocok memimpin siapa,” tandasnya. (rif/amh)