Warta

PMII: Tim Sukses Capres Sering Lakukan Provokasi

Kamis, 2 Juli 2009 | 02:48 WIB

Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menilai, sejumlah elite di tim sukses capres-cawapres tertentu sering memamerkan arogansi politik. Bahkan juga aksi provokasi yang sangat berdampak buruk sekaligus merupakan ancaman terhadap eksistensi demokrasi.

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar PMII, Adien Jauharudin, di Jakarta, Rabu (1/7) kemarin. "Tidak saja telah terjadi berbagai bentuk arogansi, tetapi juga aksi provokasi politik yang dipertontonkan para elite politik, yakni tim sukses capres dan cawapres tersebut," katanya.<>

Adien menambahkan, sikap arogansi politik seperti itu sama sekali tidak mendidik dan mencerdaskan masyarakat. "Sebaliknya, yang ada adalah menggiring masyarakat pada perpecahan dan mengancam demokrasi," katanya.

Ia mengungkapkan beberapa bentuk arogansi politik itu sebagaimana hasil pengamatan kader-kadernya di lapangan. "Di antaranya, menciptakan ketakutan politik, bahwa situasi politik di Indonesia akan terjadi seperti di Iran yang terus menerus dilanda kekacauan akibat aksi protes terhadap hasil Pemilu yang curang," ujarnya.

Provokasi itu, menurutnya, bertentangan dengan maksud diadakannya Pemilu itu sendiri. "Yakni sebuah media pertarungan gagasan, visi, misi, dan strategi untuk memenangkan hati rakyat. Semuanya itu tentu butuh strategi. Tetapi, tidaklah strategi itu mengorbankan akan hak-hak masyarakat untuk memilih secara cerdas dan dewasa," tandasnya.

Ia meminta para elite politik, terutama di lingkup tim sukses capres-cawapres, mesti lebih konkret mempraktikkan perilaku santun, beretika serta bermartabat dalam pesta demokrasi. "Jangan cuma sekadar 'lips service' dengan melemparkan jargon-jargon kesantunan, tetapi nyatanya berperilaku provokator dan sangat arogan," tandasnya lagi.

Mengenai opini politik, kata Adien, seharusnya dilakukan dengan memerhatikan aspek-aspek kesantunan, mendidik dan tidak membodohi masyarakat. "Sudah saatnya kecerdasan politik masyarakat dipertahankan untuk menuju iklim politik yang sehat, lebih baik dan beradab," ujarnya.

Indonesia, katanya, bukanlah Iran. "Secara sosial, politik, ekonomi dan budaya serta struktur politik, Indonesia sangatlah berbeda dengan Iran," katanya. (ant/rif)