Warta

Polisi akan Awasi Aktivitas Dakwah

Sabtu, 22 Agustus 2009 | 02:50 WIB

Jakarta, NU Online
Markas Besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memerintahkan kepolisian daerah untuk meningkatkan upaya pencegahan tindak pidana terorisme dengan mengawasi ceramah dan dakwah. Jika dalam dakwah tersebut ditemukan adanya ajakan yang bersifat provokasi dan melanggar hukum, maka aparat akan mengambil tindakan tegas.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Soekarna, mengatakan polisi bukan ingin membatasi ceramah atau dakwah dengan mengawasi kegiatan tersebut. Namun, Polri memandang perlu untuk memantau dan merekam dakwah tersebut agar mengetahui apakah ada upaya provokasi dan pelanggaran hukum.<>

"Polisi tidak akan menghalangi dakwah dan tausyiah. Tapi, kita akan mencoba nempel di situ untuk lebih terbuka dan memantau," ujar dia di Jakarta, Jumat (21/8), dikutip dari Republika Online.

Jika kepolisian tidak melihat dan memonitor kegiatan dakwah, maka dia meminta untuk segera diinformasikan. "Kalau melanggar, maka akan kita luruskan. Kalau tidak bisa, maka akan kita tindak sesuai peraturan yang berlaku," tutur dia.

Salah satu upaya polisi yang berdalih memerangi terorisme adalah penahanan 17 anggota Jamaah Tabligh berkewarganegaraan Filipina yang sedang melakukan khuruj (perjalanan dakwah dari masjid ke masjid) beberapa waktu lalu. Dari anggota Jamaah Tabligh tersebut, sembilan orang ditangkap di Purbalingga dan delapan orang di Solo.

Nanan menyatakan, hasil penyelidikan sementara, 17 orang tersebut tidak terkait dengan masalah terorisme. Mereka hanya menyimpang dari ketentuan keimigrasian karena menyalahi izin visa yang semestinya. "Visa mereka kunjungan singkat dan tak punya izin memberi ceramah," ujarnya.

Warga Filipina itu tiba di Jakarta pada 3 Agustus 2009. Setelah itu, mereka menuju Purbalingga dan Solo pada 6 Agustus 2009. "Hingga kini, visa kunjungannya masih berlaku. Tapi, kami serahkan mereka ke Imigrasi untuk diproses lebih lanjut," kata dia seraya menambahkan pemeriksaan terhadap 17 orang tersebut sudah selesai.

Nanan menjelaskan, saat ini, polisi mengantisipasi berbagai informasi yang terkait dengan terorisme. "Semua ancaman akan diantisipasi," kata dia menanggapi adanya dugaan jaringan teroris di Indonesia berencana melakukan serangan kepada Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, yang rencananya akan berkunjung ke Indonesia pada November mendatang. (rif)