Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Rumah Nabi, Lokasi Sejarah yang Dihilangkan

Sabtu, 16 Oktober 2010 | 07:38 WIB

Makkah, NU Online
Sebagian besar jamaah haji akan diantar hingga dekat Rumah Nabi untuk mencapai Masjidil Haram dari sisi timur. Dulu, dari rumahnya ini, Nabi Muhammad ke Masjidil Haram lewat Bab Salam. Bangunan Rumah Nabi sekarang adalah sebuah perpustakaan.

Di bagian depan terpampang tulisan dalam huruf Arab, berbunyi Maktabah Makkah al-Mukaramah. Lokasi rumah ini dipercaya sebagai lokasi rumah Abdul Mutholib, ayah Abdullah dan tempat Muhammad dilahirkan. <<>br />  
Rumah Nabi adalah bangunan persegi di sisi bukit batu, memiliki pintu di sisi timur. Jendelanya ada 10 buah. Empat jendela di dinding timur, tiga di dinding utara, dan satu di dinding barat.

Di Makkah, rumah dibangun di bukit-bukit batu. Bukit batu dihancurkan, bagian yang telah rata dibangun rumah persegi. Tak heran, banyak rumah dengan pemandangan di kanan-kirinya atau di belakangnya masih terlihat batu bukit yang belum diratakan. Terlihat unik.

Sudut besar di sisi bukit, memiliki dua pintu, salah satunya di sebelah utara. Di bagian sudut itu ada mihrab, di tempat inilah Nabi dipercaya lahir. Panjang tempat ini hanya 24 lengan ditambah seperempat lengan dari dinding utara ke dinding sisi bukit. Lebarnya 11 lengan lebih seperdelapan lengan.
 
Kini perpustakaan Rumah Nabi itu ditutup untuk umum. Di tengah megaproyek Masjidil Haram, Rumah Nabi akan menjadi bangunan yang terjelek. Di atas Rumah Nabi, persisnya di atas ‘terminal’ Rumah Nabi -terminal tempat jamaah Indonesia akan diturunkan dari bus- di sebuah bukit ada bangunan wisma milik Raja yang terlihat megah.
 
Meski tertutup dan ‘kumuh’ rumah ini sering dikunjungi jamaah dari berbagai negara, terutama dari Asia Selatan. Mereka datang di rumah ini untuk berdoa, dan bahkan juga mengusap-usap dinding. Selepas Subuh, Jum'at (15/10) kemarin, juga terlihat beberapa orang tengah berdoa di depan rumah itu. Demikian menurut laporan Priantono dari Tim MCH Makkah al-Mukarromah.
 
Daerah ini dulunya dikenal sebagai Lembah Abu Thalib. Saat rumah ini berada di bawah kepemilikan ibunda khalifah Harun al-Rasyid, rumah ini dijadikan masjid. Pada 1950, rumah ini dihancurkan, kemudian dijadikan perpustakaan.

Perluasan Masjidil Haram juga memerlukan penghancuran bukit-bukit batu. Bukit Umar (Jabal Umar) adalah salah satu yang harus diratakan. Rumah Nabi terletak di ujung terowongan pedestrian dan terowongan Jl. King Abdul Aziz. Di seberanganya, pelataran Masjidil Haram yang luas merupakan bekas Bukit Umar yang telah diratakan.
 
Di pelataran ini, burung merpati bebas hinggap dan beterbangan. Masuk ke Masjidil Haram dari sini, akan melintasi jalur sai Safa-Marwah sebelum mencapai pintu 45. Dari pintu 45 ini, jamaah akan bertemu dengan sudut Ka’bah antara pintu Ka’bah dan Hijr Ismail.

Dengan sudut pandang ini, persis di latar belakangnya terdapat menara yang punckny ada jam raksasanya itu. Dari sudut inilah, saya pernah shalat Maghrib dengan mat jelalatan melihat jam, tak perlu mendongak karena posisi shalat yang di bagian terluar pelataran Ka’bah. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)