Warta

Sebagian Besar Rakyat Denmark Pahami Kemarahan Muslim

Senin, 13 Februari 2006 | 13:34 WIB

Copenhagen, NU Online
Lebih dari 50 persen jumlah rakyat Denmark memahami kemarahan Muslim diseluruh dunia yang disulut oleh karikatur Nabi Mohammad yang pertama kali dimuat oleh sebuah harian Denmark, demikian hasil jajak pendapat yang dimuat salah satu surat kabar Demark melaporkan Ahad.

Namun separuh jumlah tersebut ketika ditanya mengatakan harian Jyllands Posten yang menurunkan 12 gambar karikatur Mohammad dan dimuat ulang di oleh sejumlah harian Eropa lainnya, telah melakukan kesalahan.

<>

Denmark  menjadi fokus perhatian mata dunia dengan gelombang protes dengan penarikan sejumlah perwakilan diplomatiknya dan pemboikotan barang-barang produksi Demark.

Harian Malaysia Star melaporkan menteri luar negri Denmark telah meminta menteri luar negri Malaysia untuk menenangkan masyarakat Muslim atas kejadian karikatur itu.    

Laporan tersebut muncul tak lama setelah Denmark menyerukan warganya untuk meninggalkan tiga negara, Iran, Suriah dan Indonesia dengan alasan keselamatan. Umat Muslim tidak membenarkan semua pembuatan gambar Nabi Mohammad dan mengatakan hal itu adalah bentuk penghinaan.

Hasil survai yang dilakukan oleh Berlingske Tidende menunjukkan 56 persen dari 1.003 responden yang mengatakan memahami kemarahan Muslim sementara 41 persen tak memahami mengapa masyarakat Muslim sangat marah .

Ketika ditanya apakah Jylland Posten melakukan kesalahan dengan pemuatan tersebut maka 49 persen mengatakan ya, namun 43 persen mengatakan harian tersebut berhak untuk memuat gambar-gambanr tersebut.

Aksi protes melanda hampir disemua negara yang pendududknya mayoritas Muslim. Di kota Tehran para pengunjuk rasa berkumpul didepan kedutaan besar Amerika Serikat bahkan ada yang membakar bendera yang mengatakan "Matilah Amerika".

Juru bicara Kementerian Luar Negri Iran Hamid Reza mengatakan pihak perwakilan asing harus tetap dihormati agar tidak memberi kesempatan bagi pihak lawan untuk memanfaatkan situasi dan membenarkan tindakan yang dilakukan oleh sejumlah negara Eropa yang tidak dapat dibenarkan."

Di Afghanistan aksi unjuk rasa yang dimulai sejak pekan lalu menyebabkan 10 orang meninggal akibat peluru aparat keamanan yang mencoba menguasai keadaan amuk massa yang memprotes.

Di Bangladesh para anggota lembaga legislatif mengeluarkan sikap bersama mengutuk pemuatan karikatur tersebut setelah terjadi aksi massa yang menuntut agar harian dan penerbit yang memuat kartun tersebut harus dihukum.

Sementara itu Presiden Irlandia, Mary McAlyseee yang sedang melakukan kunjungan ke Arab Saudi mengutuk pemuatan karikatur tersebut namun mengatakan kekerasan juga tidak dapat dibenarkan.

"Kami mengutuk pemuatan karkatur yang menyulut api kemarahan Muslim yang memang sengaja dibuat untuk memicu kemarahan, membakar kemarahan seperti apa yang telah meraka lakukan."

"Masyarakat Muslim berhak penuh untuk merasa marah," katanya didepan pers di kota Jeddah di tepi Laut Merah yang ikut dalam pertemuan forum ekonomi.

"Namun saya kira masyarakat Muslim sama halnya dengan rakyat Irlandia secara umum berpendapat sama,bahwa rasa kemarahan dan rasa luka hati tersebut tidak diekspresikan melalui kekerasan.

Karikatur tersebut pertama kali muncul pada September kemudian dimuat ulang disejumlah harian negara-negara Eropa telah memicu kemarahan masyarakat Muslim di seluruh dunia. (ant/mkf)