Warta Perpustakaan PBNU (1)

Sederhana, Diminati Peneliti Asing

Kamis, 16 Februari 2006 | 04:15 WIB

Moh. Arief Hidayat, Jakarta

Tak banyak yang tahu kalau Perpustakaan PBNU menjadi tempat favorit bagi para peneliti asing. Nama-nama seperti Andree Feillard (Jerman), Greg Barton, Greg Fealy (Australia) Martin Van Bruinsen (Belanda), Douglas Ramage (AS), Mitsuo Nakamura (Jepang) dan lain-lain pernah memanfaatkan perpustakaan kecil nan sederhana milik NU ini untuk kepentingan penelitiannya.

<>

Tak banyak koleksi buku yang dimiliki perpustakaan yang kini bertempat di lantai 2 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat ini, hanya 3 ribu judul yang meliputi dokumen-dokumen organisasi, buku-buku tentang NU, dan karya tulis ilmiah lainnya. Tergolong kecil untuk ukuran sebuah perpustakaan. Namun kelebihannya, ia menyediakan seluruh informasi lengkap tentang NU, baik sejarah maupun kiprah, dari awal berdirinya hingga saat ini.

Perpustakaan yang baru diresmikan 30 Januari lalu oleh Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi ini menyimpan dokumen-dokumen penting organisasi, mulai dari naskah asli Khittah NU 1926, AD-ART NU, Keputusan-keputusan dan hasil Muktamar dari seluruh periode kepengurusan, sejarah, biografi tokoh/ulama NU hingga dokumen-dokumen lajnah, lembaga dan badan otonom (banom). Koleksi tersebut saat ini sudah langka dan sulit untuk didapatkan.

Menurut Kepala Perpustakaan PBNU Syatiri Ahmad Hs, ketertarikan para peneliti asing terhadap perpustakaan PBNU itu mungkin dikarenakan koleksi yang dimiliki tidak dapat ditemui di perpustakaan lain. “Mungkin karena koleksinya langka itu sehingga mereka datang ke sini,” tandasnya ditemui di kantornya, Rabu (15/2)

Namun demikian, imbuh Syatiri, keterbatasan jumlah koleksi yang dimiliki juga menjadi persoalan tersendiri. Yang terjadi kemudian tidak seluruh koleksi dapat dipinjamkan, terutama dokumen-dokumen organisasi yang penting dan langka, hanya boleh dibaca di tempat. Itu pun harus sepengetahuan petugas. Hal itu dilakukan untuk mengindari adanya koleksi yang hilang.

“Koleksi semacam dokumen-dokumen itu kan langka. Kalau dipinjamkan, takut hilang. Sementara kita tidak punya salinannya lagi,” terang Syatiri.

Syatiri, yang bergelut dengan Perpustakaan PBNU sejak awal berdirinya 16 tahun silam berharap ke depan dapat menambah seluruh koleksi. Pasalnya, saat ini, menurut Syatiri, masih banyak dokumen-dokumen organisasi yang belum masuk ke Perpustakaan PBNU. “Sebetulnya banyak dokumen-dokumen yang masih berserakan. Kita akan segera mengumpulkannya,” terangnya. *** (Bersambung)