Warta Wajah Pendidikan NU di Papua

Siswa Kristenpun Fasih Al Qur'an dan Barzanji

Rabu, 12 Oktober 2005 | 03:19 WIB

Papua, NU Online
Ketika seseorang sedang menikmati keindahan kota Jayapura Papua yang berbukit-bukit menjulang di bibir pantai samudera Pasifik, akan menjumpai sebuah bangunan megah berlantai lima, itulah Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) yang merupakan lembaga pendidikan terbesar di propinsi terjauh itu, cabangnya pun tersebar di seluruh tanah Papua. Lembaga pendidikan itu meliputi taman kanak-kanak, SD SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Tetapi yang jarang diketahui orang bahwa lembaga pendidikan tersebut adalah lembaga pendidikan NU yang dikelola oleh Lambaga Ma’arif NU. Melalui Yapis tersebut dengan berbagai cabang serta komunitas yang terbentuk, tradisi NU berkembang di sana, mulai dari dziba, manaqib, barzanji,  tahlil dan sebagainya.Karena itu bagi umat Islam tidak akan merasa terasing di sana, sebab umat Islam berkembang cukup pesat, serta siarnya terus memancar melalui kegiatan kultural tadi.

<>

Rata-rata murid di sekolah Yapis sangat tinggi, di SD Nurul Huda I Yapis saat ini memiliki 506 siswa, dengan prestasi yang memadai, yang ikut mewakili lomba nasional prestasi siswa yang masuk dalam 10 besar. Demikian juga nilai rata-rata kelulusan menduki papan atas di tingkat SD se Papua, yang harus bersaing dengan SD negeri unggulan dan beberapa sekolah swasta seprti kalam Kudus.

Di level pendidikan menengah pertama, kualiatas pendidikan yang bernaung di bawah Lembaga Ma’arif NU juga cukup cemerlang, seperti yang dicapai oleh SMP Nurul Huda Yapis Jayapura. Kalau dilihat dari hasil ujian akhir nasional, maka sekolah ini menduduki ranking ke 10, dari 36 SMP negeri dan swasta yang ada di Jayapura.

Salah satu keunggulan SPM Ma’arif itu adalah bidang matematika, semul prestasi di bidang itu memang rendah sebagaimana sekolah swasta agama umumnya. Tetapi kemudian SMP Nurul Huda mengadakan kerjasama dengan sekolah Kalam Kudus (Katolik), akhirnya prestasi di bidang matematika menjadi menonjol, bahkan mengungguli sekolah kalam Kudus, sehingga posisi penguasaan matematika sekolah ini tepat pada ranking keempat.

Namun demikian menurut kepala sekolahnya, H, Komari Spd, pendidikan agama juga mendapat perhatian utama, terutama yang berkaitan dengan amaliyah Nahdliyah ahlussunnah wal jamaah. Maka setiap hari sabtu diselenggarakan pelajaran membaca tahlil, barzanji, manaqib dan sebagainya. Semua siswa berkewajiban mengikuti kegiatan kurikuler tersebut. Dengan demikian 21 orang siswa Kristen yang terdapat di sana juga mengikuti pelajaran agama, maka tidak aneh kalau para siswa Kristen itu sangat fasih membaca Al Qur’an, merdu dalam mengalunkan qashidah barzanji dan khusuk dalam membaca tahlil sebagaimana para siswa Muslim.

Namun demikian masih ada beberapa kendala yang perlu diatasi untuk menjaga keberlangsungan lembaga pendidikan ini, pertama adalah soal kepengurusan yayasan, yang cenderung berusaha melakukan privatisasi, menjadi pendidikan keluarga, sehingga warna Ma’arifnya menjadi samar. Karena itu tugas yang sedang dijalankan oleh Pengurus Wilayah NU Papua adalah membenhni manajemen pengelolaan Yapis, sehingga benar-benar secara kelembagaan dikontrol oleh Lembaga Maarif, sehingga keberlangsungannya bisa dijaga.

Selain itu cara mareti pelajaran mereka mengharapkan agar PBNU dan PP Ma’arif segera menetapkan buku pelajaran tentang ke-NU-an dan Keaswajaan. Karena untuk memanamkan nilai Aswaja yang moderat dan toleran terhadap komunitas dan budaya local sangat diperlukan oleh masyarakat Papua. Demikian juga pelajaran KeNUan diperlukan agar mereka menghayati tradisi NU, karena hanaya dengan tradisi NU itulah kerukunan di papua bisa dikembangkan dengan demikian posisi Papua sebagai bagian dari negara kesatuan RI bisa terus dipertahankan. Itulah posisi strategis NU di kawasan paling timur Indonesia itu.

Ketertarikan para pelajar, pemuda dan mahasiswa terhadap Islam Nahdliyin juga cukup besar, terbukti dalam acara nisfu sya’ban yang diselenggarakan Muslimat dan PWNU di Jayapura, di Masjid Nurul Islam dihadiri oleh hampir ribuan anak muda dari seluruh Jayapura dan mereka dengan tekun mengikuti acara pengajian dan pembacaan berbagai amalan ahlussunnah waljamaah, sejak dari ceramah agama, pembacaan surat Yasin hingga pembacaan dziba dan tahlil. Bahkan para pemuda terutama yang punya minat dibidang internet sangat antusias mengikuti penjalasan mengenai website NU dan masalah Infaq PBNU melalui SMS yang disampaikan oleh NU Online.

Ini menunjukkan bahwa penanaman spirit NU yang dilakukan para pengurus NU dan para guru di sana berjalan intensif, maklum kebanyakan mereka alumni pesantren baik di Jawa, Sulawesi Ternate atau Bima, bahakan beberapa di antaranya suku asli Papua sendiri. (ltn)