Warta

Tiga Petinggi NU Hadiri Istighosah untuk Mega-Prabowo

Rabu, 1 Juli 2009 | 12:16 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah ulama, kiai, habaib dan ratusan jamaah majelis taklim menggelar istighosah (doa bersama) untuk pasangan capres dan cawapres Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (1/7) siang. Hadir pada kesempatan itu, Prabowo, tanpa didampingi Megawati.

Tampak di antara para hadirin tiga petinggi Nahdlatul Ulama (NU), antara lain, Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Jakarta Barat, KH Ahya Al Anshori; Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Karawang, Jawa Barat, KH Hasanuri Hidayatullah dan pengurus Rabitah Maahid Islamiyah (asosiasi pesantren se-Indonesia) KH Arwani.<>

Namun demikian, mereka menolak jika kehadirannya disebut merupakan dukungan NU secara organisasi terhadap pasangan Megawati-Prabowo. Acara tersebut hanya doa bersama demi kelancaran dan keamanan pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres) pada 8 Juli mendatang. Selain itu, acara tersebut juga bukan kampanye.

Sejumlah ulama, kiai dan habaib lain yang hadir, di antaranya, dai kondang KH Zainuddin MZ; pengurus Forum Ulama dan Habaib Betawi, Habib Mahdi Al Atos; Sekretaris Jenderal Persatuan Majelis Taklim dan Zikir se-Indonesia, KH Syarif Hidayatullah, KH Abu Hanifah dan KH Abdurrahman Bashuro.

KH Zainudin MZ, dalam pidato sambutannya, menyinggung pendapat sebagian kalangan terhadap Prabowo yang dinilai ‘menjual mimpi’ dalam setiap kampanyenya. Menurutnya, visi dan misi mantan Danjen Kopassus itu cukup tepat. Bangsa Indonesia, katanya, jika ingin maju, harus punya mimpi.

Bahkan, imbuhnya, ‘menjual mimpi’ lebih baik daripada ‘menjual kebohongan’ kepada masyarakat. “Seperti kita lihat pada iklan di televisi: sekolah tidak gratis tetapi dikatakan gratis. Itu kan menjual kebohongan kepada masyarakat,” katanya.

Prabowo pernah menyatakan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 2 digit. Ia bertekat mewujudkan itu jika dirinya dipercaya rakyat untuk memimpin negeri ini. Pernyataan itulah yang dinilai sebagian kalangan sebagai ‘menjual mimpi’. Pasalnya, krisis ekonomi global yang juga berimbas pada Indonesia, dianggap merupakan hambatan utama untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi setinggi itu.

“Saya yakin, Pak Prabowo tidak bicara sembarangan tentang (pertumbuhan ekonomi) itu. Beliau pasti punya hitung-hitungan yang jelas,” imbuh Zainuddin yang juga mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi itu. (rif)