Warta

Tragedi Monas Bagian dari Benturan antar-Kekuatan Transnasional

Jumat, 6 Juni 2008 | 12:28 WIB

Jakarta, NU Online
Jika ditelusuri lebih jauh, tragedi Monas yang terjadi pada 1 Juni lalu merupakan benturan dari kekuatan transnasional antara Islam dan Barat karena masing-masing yang berkonflik merupakan perpanjangan tangan kekuatan asing di Indonesia.

Managing Director Future Global Institute Hendrajit menganalisis kelompok Islam garis keras diwakili oleh Munarman, tokoh Hizbut Tahrir Indonesia, yang dianggap sebagai Islam transnasional. Di sisi lain, Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang terdiri dari LSM merupakan perpanjangan tangan kekuatan Barat di Indonesia.<>

“Ini merupakan kembangan atau pra pertunjukan dari persaingan kekuatan global yang antara Barat, China dan Islam,” katanya di kantor NU Online, Jum’at (6/6).

Menurutnya, kekuatan yang sedang bersaing tersebut tidak melakukan perang terbuka, karena itu dilakukanlah proxy war atau menggunakan fihak ketiga sebagai cara untuk bertempur. “Meskipun baru riak-riak, ini merupakan sebuah lampu kuning bagi kita semua agar lebih berhati-hati,” imbuhnya.

Kebijakan internasional yang progresif dengan penggunaan kekuatan militer oleh Pemerintahan Bush dinilainya turut menumbuh-suburkan perkembangan Islam radikal di dunia. Contoh nyata adalah terpilihnya Ahmadinejad sebagai walikota Taheran dan selanjutnya menjadi presiden begitu AS memusuhi negeri itu.

Dalam situasi seperti ini, peran yang dimainkan NU sudah tepat dengan menjadi kekuatan penyeimbang diantara kelompok yang saling berseberangan. Bola saat ini dinilainya berada di tangan NU dengan kemampuannya melakukan diplomasi ditingkat atas dan tekanan melalui massanya di bawah.

“Dua kelompok, Islam Radikal dan AKKBB yang sebelumnya ingin menonjolkan diri melalui momentum 1 Juni ini akhirnya tenggelam. Posisi pemerintah juga sudah tepat, tinggal pelaksanaan aspek hukumnya saja. Namun keseimbangan ini sifatnya harus dinamis,” tandasnya. (mkf)