Forum Demokrasi Gusdurian Dorong Partisipasi Generasi Muda dalam Pemilu 2024
Jumat, 9 Februari 2024 | 07:00 WIB
Forum Demokrasi yang diadakan oleh Komunitas Gusdurian Bekasi Raya di Kantor PCNU Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (8/2/2024) malam. (Foto: dok. Gusdurian Bekasi Raya)
Bekasi, NU Online
Kaum muda menjadi target utama kampanye para calon dan politisi menjelang Pemilu 2024 yang akan digelar pada tanggal 14 Februari 2024. Hal ini terjadi karena kaum muda, yang diisi oleh Generasi Z dan milenial, mendominasi jumlah pemilih tetap sebanyak 52 persen menurut data KPU.
Semangat ini muncul dari kegiatan Forum Demokrasi yang diadakan oleh Komunitas Gusdurian Bekasi Raya di Kantor PCNU Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (8/2/2024) malam.
Forum yang mengangkat tema Suara Kaum Muda dan Etika Demokrasi Gus Dur menghadirkan narasumber seperti Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Ardiyansyah, Jurnalis NU Online Aru Lego Triono, Pendeta GKJ Bekasi Timur Pdt. Johan Kristantoro, dan Mubaligh Ahmadiyah Mln. Nasiruddin Ahmadi.
Dalam kegiatan ini, para pembicara menyampaikan pandangan tentang demokrasi di Indonesia dan mendorong partisipasi aktif pemuda dalam pemilu 2024 mendatang.
"Generasi Z harus ikut serta dan tidak boleh apatis. Mari manfaatkan hak suara kita karena ketidaktahuan dalam politik bisa berdampak buruk," ujar Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Tambun Utara, Ardiyansyah.
Ia mencontohkan kasus intoleransi yang terjadi akibat kegagalan kepala daerah dalam mengelola konflik di beberapa daerah. Beberapa daerah bahkan melarang berdirinya gereja karena adanya perjanjian wilayah.
"Semua ini adalah hasil produk politik makanya jangan buta politik, tapi segala sesuatu jangan dipolitisasi juga. Misalnya satu suara berapa duit, jangan!" ucap Ketua GP Ansor Tambun Utara tersebut.
Pegiat media, Aru Lego Triono, mengingatkan kaum muda untuk lebih selektif dalam memilih media yang dikonsumsi. Menurutnya, beberapa media cenderung bersifat bias karena didorong oleh kepentingan bisnis. Oleh karena itu, Aru mendorong adanya mekanisme cek dan keseimbangan terhadap media yang ada.
"Kalau teman-teman memilih tinggal bandingkan aja media mana yang netral. Karena ada beberapa media yang meraup dari bisnis. Kita checks and balances," ujarnya.
Selain itu, Aru juga menyoroti peran media sosial dalam pesta demokrasi. Ia menyebut bahwa media sosial sering menjadi tempat pertempuran antara capres dan caleg, namun di sisi lain, terdapat fenomena echo chamber digital yang membuat opini masyarakat menjadi semakin terpolarisasi.
"Yang harus kita lalukan sebagai generasi z, milenial sebagai pemilih pemula adalah jangan cuma ikuti akun-akun medsosnya para capres dan caleg, tapi bisa melihat rekam jejaknya melalui media NU Online, Kompas. Rekam jejak terbaik adalah tindakannya," kata Aru.
Pendeta Johan dari Gereja Kristen Jawa Bekasi Timur menyatakan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pemimpin, yaitu ideologi kuat terkait dengan isu yang dibawa serta integritas dan empati terhadap rakyat.
"Perhatikan mana paslon yang benar-benar punya integritas, empati terhadap rakyat. Rekam jejak dan karya yang sudah dilakukan oleh paslon," tandasnya.
Kegiatan diikuti oleh 40 orang dari berbagai komunitas lintas iman. Diskusi diisi penampilan puisi berjudul Simponi Anak Negeri dari pemudi Ahmadiyah, Tuhfah. Forum Demokrasi juga diselenggarakan di sejumlah daerah oleh para penggerak Gusdurian yang tergabung dalam tim Gardu Pemilu.