Gelar Upacara Hari Santri 2025, PCNU Kota Sorong Sampaikan Amanat Ketum PBNU
Rabu, 22 Oktober 2025 | 16:00 WIB
Suasana Upacara Hari Santri di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Rabu (22/10/2025). (Foto: dok. PCNU Kota Sorong)
Sorong, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Sorong menyelenggarakan upacara peringatan Hari Santri di halaman Pondok Pesantren Tahfizh Fadh Al Muslim Km 16, Kota Sorong, Rabu (22/10/2025)..
Acara tersebut diikuti sekitar 500 peserta dan 60 tamu undangan. Unsur TNI-Polri juga turut hadir, masing-masing dari Pasmar , Yonif 762/VYS, dan Polresta Sorong, dengan sekitar 50 personel yang tergabung dalam pasukan dan peserta upacara. Pemerintah Kota Sorong diwakili oleh Asisten Wali Kota karena Wali Kota berhalangan hadir.
Ketua PCNU Kota Sorong Kiai Mulyono bertindak sebagai pembina upacara dengan membacakan Amanat Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang mengusung tema Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia-Agenda Konsolidasi untuk Persatuan Nasional.
Dalam amanatnya, PBNU menekankan bahwa jihad santri masa kini adalah menghadirkan ilmu, etika, dan solidaritas sosial sebagai kekuatan pembangunan nasional. Santri diajak untuk melakukan konsolidasi nasional demi memperkuat ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan), dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan keislaman).
Salah satu peserta, Muamarudin (25), mahasiswa IAIN Sorong sekaligus santri khidmah PCNU Kota Sorong, menyampaikan kesan positif terhadap pelaksanaan upacara tersebut.
“Kesan saya terhadap pelaksanaan upacara Hari Santri tahun ini di lingkungan pondok pesantren sangat bahagia dan menambah spirit perjuangan sebagai santri,” kata Muamarudin.
Ia menambahkan, momen paling berkesan baginya adalah keberagaman peserta yang hadir.
"Momen paling berkesan bagi saya dalam upacara tadi pagi yaitu upacara Hari Santri tahun ini dihadiri dari berbagai kalangan, dari berbagai ormas, para tokoh juga hadir dan para aparatur negara juga turut hadir,” ujarnya.
Bagi Muamarudin, makna terbesar dari momentum Hari Santri adalah mengingat perjuangan para santri dan ulama melawan penjajahan.
Sementara Fatkhurrozin, santri yang bertugas sebagai ajudan pembina upacara, turut mengungkapkan rasa bangganya.
“Alhamdulillah PCNU Kota Sorong bisa melaksanakan Upacara Hari Santri yang luar biasa, seluruh elemen santri bisa hadir dari yang baru mulai jadi santri sampai yang sudah mau pensiun dari santri (sudah sepuh, red),” tuturnya.
Menurutnya, saat ikrar santri diucapkan, muncul rasa tanggung jawab dan kebanggaan. Hal itu menjadikan rasa memiliki dan berkontribusi untuk negeri ini, bahkan mulai ada visi misi baru yang bisa diciptakan dari ikrar.
"Hari Santri menjadi pengingat bagi kami bahwa kami akan ada terus untuk mengabdi bukan hanya kepada almamater kami, Banom kami, tapi juga kepada NKRI ini," katanya.
Fatkhurrozin juga menyoroti pentingnya peran santri di Papua. Ia menilai, Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Tanah Papua sudah berkembang.
“Dengan kita yang sudah diakui sebagai santri, haruslah kita berjuang dan ikut serta bergerak di masyarakat, minimal ikut menghidupkan amaliah-amaliah Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah ada (Yasinan, Manaqiban, Berzanji, dan sebagainya)," katanya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris PCNU Kota Sorong Imam Khoiruddin (39), yang juga bertindak sebagai ketua panitia dan alumni Pondok Pesantren Lirboyo, menyampaikan apresiasinya terhadap suksesnya penyelenggaraan upacara tersebut.
“Yang harus tetap dimaknai itu adalah santri sebagai benteng,” ujarnya.
Imam menegaskan bahwa pesantren sejatinya telah berdiri jauh sebelum lembaga pendidikan modern lainnya. Ia berharap santri terus menjadi pelaku perubahan sosial. Santri harus tetap menjadi pelaku, terutama pelaku yang menunjukkan karakter positif.
"Dalam konteks sosial dan kemasyarakatan, karakter positif harus terus ditebarkan oleh santri di mana pun berada, khususnya di Papua,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya hubungan antara PCNU dan Pondok Pesantren Fadh Al Muslim.
“Tentu harapan kita ke depan harus ada simbiosis mutualisme. Karena Gus Dur mengatakan, NU itu pesantren kecil, dan pesantren itu NU besar,” ucapnya.
Imam berharap, regenerasi santri NU terus berjalan melalui keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan khidmah seperti upacara HSN ini. Ia pun menyampaikan terima kasih kepada tuan rumah.
“Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada sohibul wilayah, sohibul bait, Ustadz Haji Faisal selaku pengasuh Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Fadh Al Muslim. Mereka sudah bersedia menjadi tuan rumah dan menyiapkan jamuan luar biasa, mulai dari sarapan hingga makan siang bagi seluruh peserta dan tamu undangan,” katanya.
Imam mengaku sangat terharu dengan salah satu momen di akhir acara. Ada momen yang sangat menyentuh hatinya, yakni ketika ada seorang guru SMP Negeri yang hadir dan sudah cukup sepuh bersama lima muridnya.
"Mereka ikut upacara Hari Santri dari awal hingga selesai, kemudian pulang bersama menggunakan taksi online. Itu sungguh luar biasa, betul-betul jiwa santri sejati. Dari santri sampai sudah jadi guru, jiwa santrinya tidak akan pernah pudar,” tutupnya.