Momen Muharram dan Kemerdekaan Awali Kiprah Fatayat NU Mimika
Rabu, 25 Agustus 2021 | 10:30 WIB
Mimika, NU Online
Memulai dan merintis, apalagi menggerakkan Nahdlatul Ulama tentu tidak mudah. Apalagi kawasan yang memang dikenal sebagai daerah rintisan. Diperlukan banyak terobosan dan semangat pantang menyerah demi syiar jam’iyah.
Begitu juga yang terjadi di Mimika, Papua. Salah satu badan otonom NU yang kini tengah berikhtiar menunjukkan keberadaan dan kiprahnya adalah Fatayat NU.
“Kami memberikan santunan kepada perwakilan setiap Pimpinan Ranting Fatayat NU yang sudah terbentuk," kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Mimika, Erni Susanti, Rabu (25/8/2021).
Dijelaskannya bahwa kegiatan sengaja melibatkan warga asli Papua dari Kampung Pomako. Hal tersebut sebagai keterpanggilan agar warga setempat yang memang berhak menerima santunan dapat merasakan nuansa Muharram.
Erni Susanti mengemukakan bahwa ada 56 paket warga yang menerima santunan berupa sejumlah kebutuhan harian dan uang tunai masing-masing Rp5 juta.
“Semangat sahabat Fatayat NU untuk berpartisipasi luar biasa yang dibuktikan hingga hari pelaksanaan, bantuan terus mengalir. Insyaallah kami agendakan untuk melakukan santunan tahap kedua pekan depan,” terang Hj Asmawati, Pembina PC Fatayat NU Mimika.
Selama kegiatan, pengurus dan panitia berpenampilan berbeda. Yakni dengan pakaian merah putih, kerudung merah, dan baju putih. Tidak lupa pita merah putih hingga pipi dicap bendera merah putih mengalahkan semangat pendukung Timnas Indonesia.
Mulai dari hal kecil
Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Mimika, Ustadz Sugiarso dikonfirmasi terpisah mengatakan bahwa pihaknya mengajak Fatayat NU untuk memulai kegiatan.
“Mulai dari hal kecil yang bisa dilakukan, mulai dari diri sendiri yakni sekelompok kecil dan tidak perlu menuntut kalangan lain,” katanya.
Menurut dia, segala ikhtiar harus dilakukan dan tidak takut, tidak menunda, menunggu lengkap, sempurna, bagus, dan sebagainya.
Ustadz Hasyim selaku Wakil Rais Syuriyah PCNU Mimika mengajak jamaah untuk mengingat perang Karbala. Karena pada peristiwa tersebut cucu Nabi Muhammad saw, Sayyidana Husain, dibunuh secara kejam oleh sesama muslim hanya demi ambisi kekuasaan dan jabatan.
“Itu terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah yang menjadikan Islam sebagai syariat negara. Sungguh negara Islam dan kekhalifahan punya sejarah kelam,” tuturnya.
Ia mengajak para jamaah untuk menjaga Indonesia dengan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila dari rongrongan pengasong khilafah.
Kegiatan dimulai dengan lantunan shalawat dan lagu perjuangan oleh grup shalawat PC Fatayat NU Mimika. Juga pembacaan tahlil untuk pahlawan yang dipimpin Wakil Rais PCNU Mimika, Ustadz H Fadlan.
Tampak bergabung jajaran PCNU Mimika, pengurus Pesantren Darussalam, sesepuh kultural NU dari paguyuban, majelis taklim, majelis tahlil, dan yasin.
Demikian pula Pimpinan Ranting Fatayat NU seperti Pomako, Mwuare, Kadun Jaya, Wonosari Jaya, Timika Jaya, Naena Muktipura, Irigasi Al Aqsho, dan lainnya.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Musthofa Asrori