Syaifullah Ibnu Nawawi
Kontributor
Mimika, NU Online
Kesuksesan seseorang dalam menjalani tugas dan kehidupan ditentukan banyak hal. Salah satu hal yang paling penting bukan kepandaian, keahlian, atau keterampilan, tetapi apa yang disebut mental atau karakter.
Mental istikamah misalnya, suatu sikap yang tidak terpengaruh oleh cacian dan makian maupun sanjungan dan pujian orang lain, tidak bisa dibentuk secara instan. Hal ini hanya bisa dikembangkan lewat proses pengalaman dan penyadaran yang memerlukan waktu lebih lama daripada kepandaian dan keterampilan.
Karenanya, beberapa hari lalu Jamaah Istighotsah bersama Fatayat NU Mimika, Pondok Pesantren Darussalam, dan Ahbabul Musthofa Mimika (AMM) menggelar kemah shalawat. Kegiatan dipusatkan di Kampung Naja, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Papua.
"Acara ini dimaksudkan untuk memperkuat mental ala Nahdliyyin Mimika, yakni tangguh, responsif, amanah, dermawan, ikhlas, sistematis, istikamah, kreatif, dan ulet atau disingkat tradisiku," kata Ustadz Sugiarso, Selasa (6/7).
Menurut Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Mimika tersebut, mental Nahdliyin ini harus diinternalisasi dengan kata kunci membeningkan hati serta rela menghadapi kenyataan.
"Saat kemah apapun bisa terjadi, hujan, panas, omongan dan sikap negatif, gangguan hewan, maupun ketidaknyamanan lainnya harus disenangi, atau disenang-senangkan supaya terlatih selalu senang dalam menjalani lika-liku organisasi," kata pria yang juga Ketua Jamaah Istighotsah Mimika tersebut.
Acara diawali para lelaki saat pagi hari di bawah guyuran hujan naik perahu menuju lokasi. Mereka bertugas menyiapkan tenda, keperluan MCK, dapur, arena kegiatan dan aspek keamanan.
"Kita yang ikut kemah ini termasuk orang gila," kata Ustadz Hasyim Asy'ari.
Dijelaskan Wakil Rais PCNU Mimika tersebut bahwa peserta rela meninggalkan kasur empuk dan selimut hangat. Demikian pula kondisi tenda yang tidak tertutup. Belum lagi terpal untuk alas lantai tembus air. Demikian juga angin laut bertiup kencang yang mengakibatkan dingin luar biasa. Hal tersebut ditambah percikan air hujan yang masuk ke tenda.
"Semua ini kita lakukan untuk melatih dan membentuk mental yang terbaik, yakni tradisiku," terangnya.
Wakil Bendahara PCNU Mimika, Muhammad Amin menjelaskan bahwa untuk memastikan kondisi, maka panitia melakukan survei lokasi. Hal tersebut agar selama kegiatan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.
"Kami melakukan survei lokasi bukan sekali untuk memastikan faktor keamanan, kemanfaatan, dan potensi perkembangannya di masa depan. Dan alhamdulillah, di Kampung Naja akhirnya semua aspek bisa kami dapatkan," katanya.
Kemah shalawat diisi dengan penataan niat, shalawat, istighotsah, shalat malam, renungan, outbond, bakti sosial, penanaman pohon, dan bersih-bersih pantai. Kegiatan dikuti 30 orang terdiri dari PCNU, Fatayat NU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Jamaah Istighotsah, dan Ahbabul Musthofa Mimika atau AMM.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua