Pada artikel sebelumnya, telah diterangkan setidaknya ada 10 lebih judul buku yang memuat tema terkait Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ataupun buku yang diterbitkan oleh kader PMII, baik secara individu maupun organisasi.
Baca Juga
Melacak Buku PMII dari Masa ke Masa (1)
Buku-buku tersebut selain memuat informasi penting, tentang sejarah dan dinamika perkembangan PMII dari masa ke masa, juga termaktub gagasan, pemikiran, dan pandangan para kader, alumni, ataupun dari luar PMII.
Semisal pada buku Almanak Sewindu PMII yang diterbitkan PC PMII Ciputat pada tahun 1968, di dalamnya terdapat artikel-artikel yang ditulis Zamroni (Ketua PP PMII pada masa itu), Chotibul Umam (judul: Sewindu PMII), Prof H M Toha Jahja Umar (Doktrin Aswaja), H A Chalid Mawardi (Taktik dan Strategi), Prof KH Saifuddin Zuhri (Piagam Djakarta dan Fungsinja Essensial), dan lain-lain.
Baca Juga
Sejarah Awal Perumusan NDP PMII (1)
Nah, bila buku Almanak Sewindu PMII memuat tulisan banyak tokoh, pada buku kedua yang akan diulas ini justru merupakan kumpulan tulisan dari satu tokoh, yakni KH Achmad Siddiq (Rais 'Aam PBNU tahun 1984-1991), yang diberi judul Pedoman Berfikir Nahdlatul Ulama.
Pedoman Berpikir NU (PC PMII Jember, 1969)
Setahun setelah buku Almanak Sewindu PMII terbit, PC PMII Jember menerbitkan sebuah buku yang berisikan kumpulan tulisan KH Achmad Siddiq, yang kala itu masih menjadi Ketua Wilayah Partai NU Jawa Timur. Dalam pengantarnya, Kiai Achmad Siddiq mengatakan buku ini memuat ceramah-ceramahnya pada beberapa kesempatan, yang berisi hal-hal yang bersangkutan dengan pokok-pokok fikiran Nahdlatul Ulama.
“Kami melihat permintaan itu demikian serius dan kami pandang akan manfaatnya. Maka saya menyetujui keinginan dan kesediaan PMII Cabang Jember untuk menerbitkan brosur/buku termaksud, dan inilah wujudnya,” kata Kiai Achmad Siddiq, pada pengantar yang ditulis tertanggal 8 Oktober 1969 atau 26-27 Rajab 1389 H.
Buku Pedoman Berpikir NU ini ditulis KH Achmad Siddiq pada saat Nahdlatul Ulama masih merupakan organisasi politik, sehingga sedikit - banyak mengandung unsur politik di dalamnya. Namun, pokok-pokok pikiran di dalamnya tetap relevan dan perlu memperoleh perhatian dari generasi sekarang.
Secara singkat, buku ini memaparkan latar belakang perlunya dibuat suatu pedoman berpikir ala NU untuk: 1) Mempersamakan alam pikiran di dalam NU dan menciptakan norma, di dalam menilai dan menanggapi segala persoalan kehidupan, 2) Menjaga alam pikiran NU dari penetrasi modernisme, westernisme dan aliran-aliran lain yang merusak kemurnian Islam dan kepribadian NU, dan 3) Memelihara dan mengembangkan watak kepribadian NU dan khittah NU.
Yang menjadi menarik, Kiai Achmad Siddiq sudah menegaskan kata khittah NU di sini. Yang kemudian terkait upaya untuk kembali khittah NU ini terwujud dalam keputusan organisasi pada Muktamar NU di Situbondo, tahun 1984.
Tak kalah penting, kiai asal Jember itu menuliskan lima (5) Dalil Perjuangan dan Hukum serta menegaskan Nahdlatul Ulama sebagai satu kekuatan yang nyata di dalam masyarakat dan kenegaraan Indonesia, yang idealnya didukung dari empat unsur kekuatan, yakni ulama, massa/ummat, angkatan muda, dan karyawan.
Peneliti NU, Ahmad Baso mengatakan buku Pedoman Berpikir NU ini menjadi jasa besar dari kader PMII, khususnya PMII Jember, yang tak terlupakan.
“Apa jadinya, seandainya kumpulan ceramah almaghfurlah KH Achmad Siddiq di tahun 1960-an ini tidak dibukukan oleh anak2 PMII dan tidak diterbitkan oleh organisasi PMII Jember di tahun 1969? Maka kita pun tidak akan mengenal nama KH Achmad Siddiq, tidak juga akan mengenal nama Khittah NU dari pikiran-pikiran jenius Pengasuh Pesantren As-Shiddiqi Jember ini?” tulis Baso pada akun facebook-nya, pada tanggal 22 Maret 2020.
“Tanpa PMII pula, kita tidak akan kenal beliau secara nasional yang kemudian hadir menjadi Rais 'Aam PBNU. Barakah untuk anak-anak PMII Jember. Adakah yang melanjutkan mereka membesarkan kiai-kiai kita?” ungkapnya.
Amatan penulis, Ahmad Baso kemudian menggunakan buku yang diterbitkan ulang oleh Forum Silaturrahim Sarjana NU (FOSSNU) Jatim di tahun 1992 ini, sebagai salah satu rujukan utama, dan bahkan dijadikan salah satu bab tersendiri dalam buku Historiografi Khittah dan Politik NU (2021).
Fragmen Seperempat Abad PMII (DSC PMII Surakarta, 1985)
Buku ketiga, berjudul Fragmen Seperempat Abad PMII yang ditulis oleh Dinamika Studi Club (DSC), sebuah lembaga yang berada di bawah naungan PC PMII Surakarta, Jawa Tengah. Dalam sampul buku, ditulis kalimat: Konsep Penulisan Buku Historis PMII.
Secara garis besar, buku ini memang berisi tulisan sejarah dan dinamika perkembangan PMII dari tahun ke tahun, mulai sebelum berdiri hingga buku ini selesai ditulis pada tahun 1985. Tim penulis buku, yang diketuai Nukhbah El Manhub (Kini tinggal di Cirebon dan menjadi pengurus NU), menyampaikan tujuan penulisan buku ini dalam Bab Pendahuluan.
Dikatakan, banyak sekali informasi yang kurang tepat disampaikan pada saat para narasumber/instruktur kegiatan Mapaba, Latihan Kader Dasar (LKD, kini disebut PKD), Latihan Kader Menengah (LKM), dan Latihan Kader Lanjutan (LKL, kini disebut PKL). Khususnya pada materi sejarah PMII maupun ke-PMII-an.
“Yang mendorong kami mencoba memaparkan catatan-catatan historis dalam sebuah tulisan ini, adalah karena masih kurangnya penulisan sejarah PMII secara lengkap. Catatan historis dari PB PMII belumlah cukup dijadikan standard untuk materi ke-PMII-an,” kata Nukhbah, yang pernah menjadi Ketua PC PMII Surakarta tahun 1982-1983.
Buku yang ditulis kader PMII Solo, sebutan lain untuk Surakarta, ini memang ditulis cukup lengkap dan runtut. Ada lima (5) Bab yang menjadi pembahasan pokok, yakni Bab I Masa Embrional (1955-1963), Bab II Masa Kebangkitan Pertama (1964-1968), Bab III Masa Kemunduran (1969-1972), Bab IV Masa Kebangkitan Kembali (1973 – 1985) dan Bab V Khasanah Konsepsional dan Karakteristik Pergerakan.
Yang menggelitik bagi penulis, buku yang ditulis oleh sahabat-sahabat PMII Solo ini, apabila dibandingkan dengan buku sejarah PMII, semisal PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan yang ditulis oleh FA, akan memiliki banyak sekali kemiripan. Mulai dari pembagian bab hingga pengutipan sumber, dan lain sebagainya. Tentu bila merujuk tahun penerbitan keduanya, buku yang ditulis DSC PMII Solo ini tentu lebih dahulu. Tapi, ah, hanya dia (FA) yang bisa menjelaskan duduk perkara ini.
Namun, terlepas dari itu semua, buku ini pada akhirnya memberikan gambaran baru tentang metode penulisan sejarah PMII secara runtut dan lengkap, untuk generasi berikutnya. Sebuah buku yang sangat layak untuk diapresiasi.
Meski demikian, dari penuturan Nukhbah pada Mei 2020 lalu, buku yang sudah ditulis sebanyak 200 lebih halaman ini kemudian urung terbit. Setelah diserahkan bersama buku konsep NDP kepada PB PMII di Kongres ke-IX PMII tanggal 14-19 September 1988 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Nukhbah tak mengetahui lagi kejelasan tentang penerbitan buku tersebut.
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Muhammad Faizin