Restoran Bintang Sembilan tempat pengurus PCINU Malaysia dan Ansor Malaysia tidak hanya berorganisasi namun menghidupi organisasi melalui gerakan ekonomi mandiri. (Foto: NU Online/Ahmad Rozali)
Kuala Lumpur, NU Online
Tentu kita sudah tahu bahwa Menara Kembar atau Twin Tower Petronas merupakan simbol negara Jiran Malaysia. Di sana para pelancong melengkapi jika kunjungan dengan mengabadikan gambar berlatar belakang bangunan yang disebut orang Madura sebagai bangunan Gung-Jagung, karena bentuknya yang seperti dua jagung kembar itu.
Kita juga barangkali tahu bahwa sekitar empat kilometer dari lokasi itu, terdapat sebuah kawasan pasar tempat berkumpulnya orang Indonesia yang bernama Pasar Chow Kit, atau cara mudah menyebutkannya adalah pasar Coket di kawsan jalan Raja Alang, Pasar Baru
Namun, barangkali tidak banyak dari kita yang tahu bahwa di kawasan Chow Kit itu terdapat dua restoran milik organisasi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Malaysia (PCI NU Malaysia). Satu restoran bernama Bintang Sembilan, dan satu lagi bernama Warung BM Community. BM merupakan kepanjangan dari Banser Malindo. Ya, di kedua tempat ini pengurus PCINU Malaysia dan Ansor Malaysia, tidak hanya berorganisasi namun menghidupi organisasi melalui gerakan ekonomi mandiri.
Menariknya kedua restoran itu dibiayai dengan melalui investasi dari warga NU sebagai pemodal. Keuntungannya akan dibagi dua; investor dan organisasi. Skema ini sudah berjalan baik selama kurang lebih satu tahun terakhir dan berhasil membiayai sebagian besar kebutuhan organisasi yang awalnya didanai secara patungan antaranggota secara ‘seikhlasnya’.
Namun demikian, keuntungan terbesar bukan keuntungan finansial itu. Tapi kedua restoran itu memungkinkan warga NU di kawasan Kuala Lumpur memiliki tempat berkumpul sehingga memudahkan konsolidasi organisasi. Pengurus NU dan Ansor Malaysia mengaku bahwa keberadaan warung tersebut makin membangkitkan semangat berorganisasi bagi NU Malaysia.
"Menariknya, restoran ini menjadi sentral pertemuan dengan komunitas Nahdliyin dan berpotensi menjadi wadah perekrutan warga NU. Banyak anggota NU yang bergabung setelah berkumpul dan makan bersama di warung tersebut," kata Nur Alamin, Ketua GP Ansor Malaysia, di Kuala Lumpur, Ahad (19/6/2022). Selain itu, warung tersebut juga sering menjadi tempat untuk menyambut tamu organisasi atau tamu anggota yang hendak berjumpa dan makan bersama.
Baca Juga
IPPNU Jateng Kampanyekan Ekonomi Kreatif
NU Online yang berkunjung ke komunitas NU di Kuala Lumpur juga diajak melihat dan menikmati hidangan di Restoran Nusantara yang penuh dengan masakan khas Indonesia itu. Di dalam restoran seluas 300an meter itu terdapat banyak pengunjungan yang merupakan warga Indonesia yang sedang makan dan berbincang dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai dialek utama.
Begitu memasuki ruangan, NU Online disambut hangat dan diajak berkenalan oleh para pengelola yang merupakan pengurus NU setempat. Mereka dengan senang menceritakan perkembangan Restoran Bintang Sembilan. "Kalau warung ini sendiri sudah sekitar enam bulan berjalannya. Alhamdulillah lancar jaya dan banyak teman-teman yang makan di sini. Suasananya biasanya ya ramai seperti ini," katanya.
Selain menjual nasi dan lauk berupa ikan, daging, dan sayur seperti restoran pada umumnya, di dalamnya juga terdapat logo Nahdlatul Ulama yang dipajang tepat di bawah kasir. Di bagian tengah juga terdapat batik hijau NU yang dipajang untuk dijual. Sementara di bagian belakang, terdapat tiga orang perempuan dan satu laki-laki yang tengah sibuk memasak mempersiapkan hidangan untuk pengunjung.
Baca Juga
Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Nahdliyin
Tidak jauh dari Restoran Bintang Sembilan, sekitar Sekitar dua gang tepatnya di gedung Wisma Hock Ann, Cho Kit, Kuala Lumpur terdapat warung kedua NU yang dikelola oleh Banser NU Malaysia. Warung itu bernama Warung BM Community. Warung ini beroperasi setiap hari mulai jam 06.00 pagi hingga 10.00 atau bahkan jam 12.00 malam waktu setempat.
Sejak memasuki warung, NU Online yang diperkenalkan disambut dengan pelukan hangat oleh Mad Lazim (57), sang manager warung. Pria asal Lamongan Jawa Timur ini sudah mengelola warung ini kurang lebih 1,5 tahun. Selain menjabat manager warung, posisinya di Ansor adalah Kasatkorcab Banser Malido.
Ia menceritakan bahwa keberadaan warung yang dikelolanya sangat positif bagi perkembangan gerakan Ansor-Banser di Malaysia. Menurutnya, keberadaan warung ini menjadi pusat komunikasi para anggota Ansor dan meningkatkan solidaritas organisasi.
"Warung ini menjadi pusat pertemuan anggota Ansor dan Banser, yang saat ini jumlahnya sekitar 250-an orang. Anak-anak Banser kalau Sabtu dan Minggu datang sampai malam. Capek juga tapi seru," kata Mad Lazim.
Selain hari libur, anggota Banser juga akan berkumpul di warung tersebut sebelum bertugas atau mendatangi tempat apel. "Teman-teman sebelum untuk apel datang ke situ untuk makan dulu. Dan makan gratis ditanggung warung," katanya.
Mad Lazim menjelaskan bahwa warung tersebut adalah milik Ansor Malaysia yang disewakan kepadanya. Uang sewa yang diterima Ansor darinya diperuntukkan untuk kebutuhan organisasi sehingga tak lagi terlalu memberatkan anggota untuk iuran.
Sebenarnya di Gedung tersebut, Ansor tidak hanya memiliki warung makan. Namun ia menyewa sebuah ruangan berukuran sekitar 50-meter persegi yang dijadikan mushala dan kantor. Mushala tersebut tidak hanya digunakan anggota, namun juga masyarakat luas yang hendak shalat.
Di mushala itulah kegiatan Ansor berpusat, mulai dari rapat organisasi, kegiatan Rijalul Ansor sebulan tiga kali, kajian kitab dan diskusi dan seterusnya. Kegiatan rutin yang melibatkan masyarakat sekitar juga ada seperti shalat tarawih berjamaah selama bulan Suci Ramadhan.
"Harapannya keberadaan kami di sini memberi kontribusi positif kepada masyarakat sekitar khususnya warga Indonesia di Malaysia dan organisasi kita makin diterima secara lebih luas termasuk oleh pemerintah," kata Rifai, anggota Ansor Malaysia menimpali.
Nur Alamin, Mad Lazim, dan Rifai merupakan sebagian warga NU yang bekerja dan tinggal di Malaysia dan berkomitmen memberi sumbangsih pemikiran, tenaga dan pendapatan pada organisasi dan masyarakat NU.
Menurutnya, pengabdian pada NU membuat hatinya lebih tenang dan bahagia. “Mungkin ini yang disebut barokahnya kiai-kiai dan ulama NU, Mas," imbuh Khoirur Riza anggota Ansor Malaysia.
Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Kendi Setiawan