Bertekad Terapkan Islam Moderat, Dubes Uzbekistan Kunjungi PBNU
Selasa, 11 Agustus 2020 | 05:15 WIB
Ilustrasi Samarkand, kota tua di Uzbekistan yang masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO. (Foto: lostwithpurpose.com)
Jakarta, NU Online
Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia, Ulugbek Rozukulov mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Senin (10/8). Kehadiran perwakilan negara Asia Tengah tersebut dalam rangka mendiskusikan perkembangan Islam global.
Kunjungan Dubes Ulugbek Rozukulov diterima langsung Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj beserta jajaran pengurus harian. Dalam kesempatan tersebut Kiai Said mengapresiasi keinginan Uzbekistan untuk mengedepankan ajaran Islam yang ramah dan moderat di negaranya itu.
Ulugbek Rozukulov mengatakan, Indonesia dan Uzbekistan merupakan dua negara dengan penduduk Islam paling banyak di dunia. Penting, kata dia, melakukan pertemuan dengan tokoh PBNU untuk mendiskusikan banyak hal terutama soal dunia islam global.
“Kehadiran kami disini untuk bersilatrahim dengan Ketua Umum PBNU, kami berterimakasih sudah diterima dengan baik. Kita tahu Indoensia dan Uzbekistan sama-sama negara mayoritas Islam,” kata Ulugbek seusai melakukan pertemuan.
Sebagai informasi, Islam di Uzbekistan mencapai 90 persen dari populasi penduduk yang ada. Sementara 5 persen dari populasi mengikuti agama lain.
Selanjutnya, berdasarkan Pew Research Center tahun 2009, di Uzbekistan populasi Muslim mencapai 96,3 persen.
Meskipun mendominasi Islam di Uzbekistan masih perlu pengembangan terutama terkait ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai perdamaian dan keberagaman.
Hal tersebut tidak terlepas dari peristiwa atau konflik tradisi Islam dengan berbagai agenda reformasi atau sekularisasi sepanjang abad ke-20. Uzbekistan pada akhir kekuasaan Soviet tidak membawa kebangkitan fundamentalisme Islam, seperti yang telah banyak diprediksi, melainkan bertahap reacquaintance dengan ajaran iman.
Namun, setelah tahun 2000 ada kenaikan dukungan dalam mendukung Islamis, yang melecut oleh tindakan represif dari rezim otoriter.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad